Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Unpad Ungkap Kekurangan Vaksin Covid-19 Sinovac dari China

Kompas.com - 11/09/2020, 13:14 WIB
Reni Susanti,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


BANDUNG, KOMPAS.com - Ketua Tim Riset Uji Klinis Fase 3 Vaksin Covid-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Prof Kusnandi Rusmil mengungkapkan kekurangan vaksin Covid-19 asal Sinovac, China.

“Kekurangan vaksin (asal China) tidak begitu imunogenik, sehingga harus disuntikkan lebih dari sekali,” ujar Kusnandi dalam Dies Natalis Universitas Padjadjaran (Unpad) yang digelar virtual, Jumat (11/9/2020).

Namun, menurut Kusnadi, hal itu lebih aman ketimbang vaksin lain yang pernah diuji coba negara lain.

Baca juga: Erick Thohir Sebut 2 Skema Penyuntikan Vaksin Covid-19 pada Masyarakat

Kusnandi menjelaskan, ada beberapa jenis vaksin yang tengah dikembangkan dunia, baik itu menggunakan virus yang mati ataupun hidup.

Untuk virus yang hidup, biasanya vaksin terdiri dari dua virus hidup, kemudian disuntikkan pada orang.

Namun, ternyata ada yang tidak cocok, sehingga disetop.

Kemudian vaksin dari virus yang dimatikan dulu seperti yang sekarang diuji klinis di Indonesia.

Baca juga: Riset Tunjukkan, Tingkat Kepercayaan Vaksin di Indonesia Menurun

Namun, kekurangannya adalah vaksin tidak begitu imunogenik, sehingga harus disuntikkan lebih dari sekali.

Itulah mengapa pada uji klinis vaksin tahap tiga, setiap relawan mendapat dua kali suntikan.

Kusnandi mengungkapkan, hingga kini belum ada obat untuk virus corona.

Negara-negara di dunia tengah berlomba membuat vaksin.

Indonesia sendiri bekerja sama dengan China untuk pengembangan vaksin ini.

Baca juga: Relawan yang Disuntik Vaksin Buatan China Terpapar Covid-19

Adapun alasan mengapa yang dipilih China, karena penyakit ini bermula dari sana. 

Selain itu, vaksin ini sudah melalui tahap satu dan dua.

Hasilnya cukup baik, sehingga dilanjutkan dengan uji klinis vaksin tahap ketiga.

Baca juga: Mimpi Vaksin Covid-19 Segera

Sebelumnya, Menteri BUMN Erock Thohir mengatakan, Indonesia akan mendapat tambahan 20 juta dosis vaksin dari Sinovac akhir tahun ini.

Kemudian, tahun depan ada tambahan 250 juta dosis.

Sedangkan vaksin dari G42 UAE akan tiba di Indonesia pada Desember 2020, yakni sebanyak 10 juta dosis.

Kemudian 50 juta dosis lagi pada kuartal I tahun 2021.

Menurut Erick Thohir, jumlah vaksin itu belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Sebab, masing-masing individu membutuhkan dua kali suntikan.

Itulah mengapa negara-negara seperti Inggris dan Jepang memesan 3-4 kali dari jumlah vaksin yang dibutuhkan.

Untuk itu, selain berupaya mengembangkan vaksin merah putih, penjajakan dengan sejumlah penyedia vaksin terus dilakukan Indonesia.

Misalnya dengan CEPI, astranezeca, cansimo, dan lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com