Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/07/2020, 09:32 WIB
Reni Susanti,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Ventilator portabel Vent-I akan diproduksi secara massal oleh perusahaan multinasional asal Jepang dalam waktu dekat.

pencipta Vent-I, Syarif Hidayat mengatakan, untuk tahap awal, Vent-I akan diproduksi 1.000 unit. Ke depannya kemungkinan diproduksi 10.000 unit.

“Ini momen membahagiakan buat saya,” ujar pencipta Vent-I, Syarif Hidayat kepada Kompas.com di Bandung, Senin (29/6/2020).

Baca juga: Kisah Dosen ITB Bikin Ventilator Indonesia, Rela Dicibir, Tidur di Masjid, hingga Dapat Dana Rp 10 M

Jika dulu kita merakit produk Jepang, kini Jepang merakit produk kita...

Selama ini, Indonesia yang selalu merakit barang Jepang. Namun kini, perusahaan Jepang yang akan merakit produk buatan Indonesia. Ini sejarah buat dirinya.

Sebenarnya, sambung Syarif, saat perusahaan Jepang menyatakan ketertarikannya, ia menawarkan rancangan awal Vent-I.

Namun perusahaan Jepang itu menolak karena tidak memiliki engineer. Mereka menginginkan rancangan jadi.

“Mereka bilang, kami kuat diproduksi. Tapi kami tidak (mau) kalau harus mendesain dari awal,” tutur Syarif.

Baca juga: Unpad Bersama ITB dan Rumah Amal Salman Berhasil Buat Ventilator Portabel

 

 

Untuk ekspor

Proses pembuatan ventilator karya anak bangsa, Vent-I.KOMPAS.com/RENI SUSANTI Proses pembuatan ventilator karya anak bangsa, Vent-I.
Untuk tahap awal, perusahaan Jepang tersebut akan membuat 1.000 unit Vent-I. Namun totalnya akan dibuat 10.000 untuk keperluan ekspor.

Ia tidak mengetahui negara tujuan ekspor Vent-I. Namun perusahaan ini memiliki lisensi untuk mendistribusikan barang ke Amerika, Kanada, China, Korea, Eropa, dan Australia.

Perusahaan Jepang tersebut akan menggunakan standar mereka. Setidaknya ada beberapa komponen yang diganti dengan barang yang lebih bagus.

Syarif tidak mempermasalahkan hal tersebut, walaupun nanti harganya akan sedikit naik. Namun tetap di bawah harga dunia.

Diminati sejumlah negara

Pencipta Vent-I, Syarif Hidayat (kemeja putih)  tengah melihat proses pengerjaan ventilator portable. KOMPAS.com/RENI SUSANTI Pencipta Vent-I, Syarif Hidayat (kemeja putih) tengah melihat proses pengerjaan ventilator portable.
“Harga ventilator portable seperti Vent-I di dunia dijual Rp 30 juta-Rp 70 juta. Kita jual Rp 18 juta. Kalau diproduksi perusahaan Jepang dengan perubahan komponen yang lebih bagus, harganya nanti sekitar Rp 20 juta. Tetap di bawah harga dunia,” ungkapnya.

Selain diminati Jepang, ada beberapa permintaan dari sejumlah negara, seperti Kuwait, Arab Saudi, Singapura, dan Filipina.

Vent-I diinisiasi Syarif Hidayat. Produk tersebut kini diproduksi para mahasiswa dari ITB, Unpad, Polban, Polman, sejumlah SMK dan PT Dirgantara Indonesia (DI).

Jumlah yang diproduksi para pelajar dan mahasiswa tersebut mencapai 850 unit untuk dibagikan gratis kepada rumah sakit di Indonesia.

Sumber pendanaannya sendiri berasal dari masyarakat yang terkumpul di Salman ITB.

Vent-I menggunakan mesin ventilator Positive End-Expiratory Pressure (PEEP) agar mudah dioperasikan dokter dan tenaga medis.

Ventilator dengan mesin PEEP dinilai efektif, tepat guna, dengan biaya produksi rendah. Alat ini digunakan untuk pasien Covid-19 dengan gejala klinis tahap dua agar mereka tidak gagal napas.


Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca tentang


Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com