PONTIANAK, KOMPAS.com - Kabar gembira datang dari Taman Nasional (TN) Gunung Palung, Kalimantan Barat, orangutan hasil rehabilitasi bernama Susi telah melahirkan bayi orangutan dengan selamat pada awal bulan Maret tahun 2020.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya memberikan nama untuk Bayi orangutan ini, Sinar.
Sinar merupakan orangutan berjenis kelamin betina dan merupakan bayi orangutan kedua yang lahir di Gunung Tarak.
Kawasan ini merupakan hutan penyangga yang berbatasan langsung dengan wilayah TN Gunung Palung.
Baca juga: Bayi Orangutan Ditemukan di Pinggir Hutan, Dibawa ke Rumah Karantina
Kelahiran bayi orangutan Susi pertama kali diketahui oleh tim monitoring International Animal Rescue (IAR) Indonesia yang telah memantau perkembangan Susi di habitat alaminya selama empat tahun terakhir.
Berdasarkan pantauan dokter hewan di lapangan, Sinar menunjukkan kondisi yang sehat dan aktif dengan menyusu pada induknya.
Susi juga menunjukkan afeksi dan perhatiannya dengan menyusui anaknya dengan baik.
Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Kementerian LHK, Wiratno menyatakan bahwa keberhasilan pelepasliaran orangutan hasil rehabilitasi ini merupakan salah satu bukti kekuatan kerja sama antar-stakeholder konservasi orangutan yang ada di Kalimantan Barat.
Wiratno menerangkan, orangutan merupakan spesies “payung” dalam sebuah ekosistem, yang memiliki peran besar dalam menjaga ekosistem secara luas.
"Dikarenakan daya jelajah orangutan luas dan berdampak positif terhadap kelestarian ekologi yang ada di lokasi tempat hidupnya dengan menyebar biji ke wilayah hutan," kata Wiratno dalam keterangan tertulisnya, Rabu (22/4/2020).
Tidak hanya itu, masyarakat sekitar lokasi rehabilitasi juga telah banyak terlibat dalam kegiatan ini, mulai dari merawat satwa, melepasliarkan hingga memantau satwa di habitat alaminya. Semoga kesadaran masyarakat untuk melestarikan orangutan semakin tinggi.
Wiratno menjelaskan, orangutan Susi sebelumnya merupakan orangutan peliharaan yang berhasil diselamatkan oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Barat bersama IAR Indonesia di Pontianak pada tanggal 30 Juli 2011.
Kondisi Susi, saat itu, cukup memperihatinkan pada saat diselamatkan.
Rantai yang terpasang di leher selama bertahun tahun oleh pemiliknya telah menyebabkan luka infeksi terbuka, bernanah dan mengeluarkan bau tak sedap.
Bahkan setelah diperiksa terdapat karet yang tertanam di kulit lehernya.