Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arkeolog Temukan Kejanggalan Patung Ganesha dan Manusia Kerdil di Tasikmalaya

Kompas.com - 11/02/2020, 21:15 WIB
Irwan Nugraha,
Farid Assifa

Tim Redaksi

TASIKMALAYA, KOMPAS.com - Salah seorang arkeolog Balai Arkeologi Jawa Barat, Lutfi Yondri mengaku menemukan kejanggalan terkait temuan patung ganesha dan manusia kerdil di Kawasan Objek Wisata Batu Mahpar, Kampung Tegal Munding, Desa Linggawangi, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya.

Ia mengatakan, untuk mengetahui nilai sejarah sebuah benda harus melihat bahan dan bentuknya.

Secara sekilas, patung itu terbuat dari batu cadas atau batu pasir yang sangat mudah untuk diubah bentuknya.

Namun, pihaknya tetap akan memastikan benda itu dengan datang ke lokasi untuk diteliti lebih lanjut.

"Ini cukup menarik. Saya sudah mendapat berita itu tadi malam, foto-foto itu. Tapi kalau lihat bahannya, itu mudah sekali diubah bentuknya," jelas Lutfi saat dihubungi lewat telepon, Selasa (11/2/2020).

Baca juga: Batu Jejak Kaki Pernah Ditemukan di Lokasi Penemuan Patung Ganesha di Tasikmalaya

Kejanggalan lainnya, lanjut Lutfi, patung ganesha dan benda mirip manusia kerdil di lokasi itu tidak sesuai dengan fakta sejarah dan pakem arkeologi selama ini.

Pasalnya, kedua jenis patung itu jelas berbeda zaman jika dikaitkan dengan ilmu arkeologi selama ini.

Dalam masanya, kedua patung jenis manusia dan Ganesha pun memiliki fungsi yang berbeda pada masing-masing zamannya.

Patung manusia kerdil digunakan untuk pemujaan arwah leluhur, sementara patung Ganesha adalah media pemujaan masa agama Hindu.

"Jika ditemukan patung-patung itu dalam satu lokasi yang berdekatan, jelas ini telah terjadi sebuah kesalahan. Tidak sesuai dengan pakem arkeologi, baik dalam waktu maupun masa budayanya," tambah dia.

Lutfi mengatakan sangat tidak mungkin kedua jenis patung pada masa zaman berbeda akan berada di lokasi yang sama.

Soalnya, secara arkeologis, patung-patung peninggalan masa lalu harus jelas konteksnya, yakni berkaitan dengan kebudayaan dan sejarah di lokasi tersebut.

"Saya pikir ini adalah patung yang belum lama dibuat untuk kepentingan pariwisata. Saya pikir yang di Tasik itu bukan benda yang lama," tandasnya.

Berdasarkan ilmu arkeologi, tambah Lutfi, sejarah Sunda dulu memiliki peninggalan patung.

Tapi dua benda yang ditemukan itu tidak sesuai dengan ciri-ciri artefak Sunda meski lokasinya berada di dekat Gunung Galunggung yang dulunya bagian dari peradaban Sunda.

"Dikaitkan dengan sejarah kerajaan Sunda dan Galuh juga peninggalannya tidak sama, karena kepercayaannya sudah sendiri kala itu," tambah dia.

Diberitakan sebelumnya, warga Kampung Tenggal Munding Desa Linggawangi Kecamatan Leuwisari Kabupaten Tasikmalaya, menemukan puluhan benda yang diduga artefak batu berbentuk ganesha atau patung gajah duduk serta manusia kerdil pada Minggu (11/2/2020).

Tumpukan artefak batu itu kali pertama ditemukan tertimbun tanah di kawasan Objek Wisata Batu Mahpar, Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya.

Sampai akhirnya petugas objek wisata setempat berinisiatif menggali tumpukan yang diduga artefak itu dan menemukan 22 patung. Satu di antaranya adalah patung mirip Ganesha dan sisanya manusia kerdil.

Namun, belum diketahui secara pasti asal muasal atau muncul zaman apa patung itu.

"Awalnya ditemukan oleh pengunjung ke objek wisata Batu Mahpar ini. Lalu pengunjung itu melapor ada tumpukan batu mirip patung tertimbun tanah tapi sedikit menonjol ke permukaan. Setelah digali, ternyata ditemukan patung-patung Ganesha atau gajah duduk dan manusia kerdil," jelas Oys Saadah (23), salah seorang pengurus Objek Wisata Batu Mahpar saat menunjukkan penemuan diduga artefak tersebut, Selasa (10/2/2020) pagi.

Oys menambahkan, patung-patung itu memiliki tinggi 50 sentimeter.

Lokasi penemuannya persis di tepi Sungai Parit Galunggung.

Baca juga: Warga Tasikmalaya Temukan Arca Ganesha di Objek Wisata Batu Mahpar

Sampai sekarang, puluhan benda yang diduga artefak itu dibiarkan tergeletak dan hanya dipasangi garis pembatas tali plastik.

"Ini katanya mau dibawa ke ruangan khusus di lokasi objek wisata. Tapi, karena belum dilakukan, jadi kami pasang garis pembatas pakai tali rapia atau plastik supaya tak terganggu pengunjung di sini," tambah Oys.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com