Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Mi Ayam Tumini, 30 Tahun Bertahan, Viral di Media Sosial

Kompas.com - 11/02/2020, 12:02 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sabtu, 8 Februari 2020, Bu Tumini pemilik warung Mie Ayam Bu Tumini Sari Rasa Jatiayu meninggal dunia.

Mie Ayam Tumini adalah salah satu mie yang melegenda di Yogyakarta. Dengan kuah kental yang manis, Mie Ayam Tumini menjadi salah satu kuliner yang diburu di Yogyakarta.

Warung mi ayam itu berada di Jalan Imogiri Timur No 187 Umbul Harjo, atau di sisi utara pintu masuk Terminal Giwangan.

Baca juga: Kisah di Balik Warung Mie Ayam Bu Tumini yang Melegenda di Yogyakarta

Sementara Tumini dan keluarganya tinggal di Dusun Sawahan V, Desa Dadapayu, Kecamatan Karangmojo, Gunung Kidul.

Tumini adalah wanita kelahiran Salatiga, Jawa Tengah dan suaminya, Suparman kelahiran Jatiayu.

Meninggalnya Bu Tumini sempat menjadi trending Twitter Indonesia pada Sabtu (8/2/2020). Hingga Sabtu siang, ada lebih dari 2.000 twit terkait Tumini.

Baca juga: Viral Bu Timini, Berikut Sepak Terjang Warung Mi Ayam Tumini

Berawal dari sewakan gerobak mi ayam

Saat pertama kali dibuka, Suparman menjual satu porsi mi ayamnya seharga Rp 250. Dalam satu hari, mereka menjual sampai 30 porsi dan 60 porsi di akhir pekan,- Saat pertama kali dibuka, Suparman menjual satu porsi mi ayamnya seharga Rp 250. Dalam satu hari, mereka menjual sampai 30 porsi dan 60 porsi di akhir pekan,
Eko Supriyanto, anak pertama Tumini dan Suparman bercerita perjuangan keluarganya merintis mi ayam.

Pada tahun 1989, Suparman menyewakan beberapa gerobak mi ayam kepada kepada para pedagang keliling di kawasan Kota Gede. Satu gerobak dipatok harga Rp 500 per hari.

Suparman sendiri piawai membuat mi yang dipelajari dari salah satu saudaranya di Cirebon, Jawa Barat.

Suparman dan Tumini pun menyuplai mi basah untuk pedagang keliling yang menyewa gerobaknya.

Baca juga: Viral Bu Timini, Berikut Sepak Terjang Warung Mi Ayam Tumini

Setelah mendapatkan modal dari menyewakan gerobak, pasangan suami istri yang memiliki 5 anak tersebut membuka usaha mi ayam di utara pintu masuk Terminal Giwangan pada tahun 1990.

Lokasi tersebut sampai saat ini masih digunakan untuk berjualan.

Saat pertama kali dibuka, Suparman menjual satu porsi mi ayamnya seharga Rp 250. Dalam satu hari, mereka menjual sampai 30 porsi dan 60 porsi di akhir pekan,

Pada tahun 1996, Suparman kecelakaan dan meninggal dunia. Ia sempat dirawat selama 2 minggu.

Kala itu, usaha mi ayam sempat diserahkan ke kerabatnya. Namun omzetnya menurun karena cara memasaknya berbeda.

Tumini pun kembali mengambil alih dan seiring waktu, mi ayamnya kembali laris.

Baca juga: Bu Tumini, Pemilik Warung Mi Ayam Legendaris Jogja, Meninggal Dunia

Almarhum Tumini dan Eko SupriyadiDokumen Pribadi Almarhum Tumini dan Eko Supriyadi
Viral di media sosial

Eko Supriyanto mengatakan mi ayamnya booming di media sosial sekitar awal tahun 2000-an. Saat itu banyak pelanggannya yang membagikan informasi tentang Mie Ayam Tumini di media sosial.

Mie Ayam Bu Tumini memiliki mi dengan ciri khas ukuran yang cukup besar serta kuah yang kental berwarna kecoklatan.

Kuah dengan cita rasa gurih manis tersebut berasal dari proses pemasakan ayam yang digunakan untuk toping mi ayam.

Baca juga: Festival Ini Sediakan Mie Ayam Seharga Rp 5.000

“Sejak ada medsos, YouTuber ikut (mereview mi ayam), akhirnya sampai keluar daerah. Ada Facebook ada, Twitter, dan Instagram,” ucap Eko.

Sejak saat itu pelanggan Mie Ayam Tumini terus berdatangan bahkan hingga ratusan orang per hari.

Rata-rata per hari, 700 mangkok mie ayam ludes terjual di warung pertama di Jalan Imogiri.

Pada tahun 2015, warung tersebut menghabiskan 50 kilogram ayam dan 70 kilogram tepung terigu.

Baca juga: Calon ABK Disekap di Warung Mie Ayam karena Mangkir ke Tempat Kerja

Saat ini Mie Ayam Tumini memiliki empat cabang. Untuk mempertahankan rasa, semua cabang Mie Ayam Tumini mendapatkan suplai bumbu dari warung utama di Jalan Imogiri.

Sebelum meninggal, Bu Tumini masih menunggui warung mi ayam dan mengecek bumbu. Hingga akhirnya Tumini mengeluh sakit pada Jumat (7/2/2020). Satu hari rawat, Bu Tumini meninggal di RS Rajawali Citra, Plered, Bantul.

Keluarga memutuskan memakamkan Tumini di Desa Jatiayu karena sang suami juga ikut dimakamkan di sana.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis Markus Yuwono, Luthfia Ayu Azanella | Editor: David Oliver Purba, Inggried Dwi Wedhaswary)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com