Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berawal Menggambar Mimpi, Mantan Preman Bangun Panti Asuhan dalam Setahun

Kompas.com - 11/02/2020, 11:00 WIB
Pythag Kurniati

Editor

KOMPAS.com- Seorang mantan preman, Prianggono (43), sudah enam tahun menjalankan panti asuhan yang dia dirikan di Kabupaten Sleman, DIY.

Ternyata Panti Asuhan Islam Yatim dan Dhuafa Daarul Qolbbi Pondok Pesantren Tombo Ati itu dia dirikan hanya berawal dari sebuah gambar.

Prianggono menggambarkan mimpinya itu di tembok indekos yang dia tinggali.

"Waktu itu mimpi saya itu saya buat di kos-kosan, di kos saya gambar panti asuhan. Alhamdulillah dalam waktu satu tahun dua bulan terlaksana," ucap Prianggono saat ditemui di Warung Kongsuu, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Sleman, Senin (10/2/2020).

Keinginannya mendirikan panti asuhan tidak lain karena Prianggono berusaha menebus dosa-dosanya sebagai preman di masa lalu.

Apalagi dirinya juga pernah mendengar jika orang-orang yang mengurus anak yatim bakal berdampingan dengan Nabi Muhammad SAW di surga.

Baca juga: Pemilik Burung Kacer Seharga Rp 150 Juta yang Hilang di Bagasi Garuda Sumbangkan Uang Kompensasi ke Panti Asuhan

Dari rumah mertua hingga beli tanah

Panti Asuhan Islam Yatim dan Dhuafa Daarul Qolbbi Pondok Pesantren Tombo Ati, Sleman yang didirikan oleh Prianggono.KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Panti Asuhan Islam Yatim dan Dhuafa Daarul Qolbbi Pondok Pesantren Tombo Ati, Sleman yang didirikan oleh Prianggono.
Panti asuhan awalnya didirikan di rumah mertuanya pada 2013, kemudian dia membeli tanah untuk dibangun panti asuhan pada 2015.

"Saya rintis panti asuhan di rumah mertua, ada delapan anak waktu itu. Lalu saya membeli tanahnya simbah, Saya cicil ke anaknya satu-satu," ujar Prianggono.

Dari delapan anak, pria berparas garang itu bisa mengasuh 21 anak, mulai dari balita hingga usia SMA.

Siapa sangka panti asuhan yang berawal dari menumpang rumah mertua kini berdiri dengan dua lantai.

Baca juga: Nasib Malang Bayi dalam Kardus, Ditemukan di Depan Panti Asuhan dengan Surat Wasiat

Bikin warung hingga beternak

Warung Kongsuu milik Prianggono di Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak sebagai usaha untuk menghidupi panti asuhan.KOMPAS.COM/YUSTINUS WIJAYA KUSUMA Warung Kongsuu milik Prianggono di Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak sebagai usaha untuk menghidupi panti asuhan.
Prianggono mengatakan, selama ini ia mencukupi kebutuhan panti asuhan secara mandiri, tanpa menyebarkan proposal.

Meski demikian banyak pula yang datang ke panti asuhan untuk memberikan sedekah.

"Enam tahun berjalan panti asuhan tanpa proposal, tanpa meminta-minta. Kita doanya minta didatangkan dan dipertemukan, Alhamdulillah cukup," ujarnya.

Kini Prianggono merintis sumber perekonomian untuk menjalankan panti asuhan, antara lain dengan membuka Warung Kongsuu dan beternak.

Dia mulai beternak kambing dan ikan agar nanti hasilnya bisa untuk mengelola panti asuhan secara lebih baik.

"Ya untuk operasional panti. Pelan-pelan Kita merintis ekonomi panti asuhan," ucap Prianggono.

Baca juga: Kopi Sumowono, Awalnya untuk Panti Asuhan Kini Harganya Rp 5 Juta Per Kg

Masa lalu Prianggono sebagai preman

Ilustrasi premanKONTRIBUTOR KOMPAS.com/RAHMAT RAHMAN PATTY Ilustrasi preman
Kehidupan masa lalu Prianggono sejak SMP sudah berkawan dengan tato, minuman keras, bahkan narkotika.

"Saya nakal dari SMP, sudah minum, sudah punya tato, jualan obat (pil) koplo juga. Saya dikeluarkan dari SMA itu gara-gara ketahuan membawa pil koplo banyak di dalam tas," ucap pria kelahiran Semarang itu.

Prianggono pun tumbuh menjadi seorang preman yang selalu meminta jatah bulanan dari toko-toko di Semarang.

"Di Pamularsih ada toko-toko itu, setiap bulan saya mendapatkan jatah. Tapi ya uang jatah itu habisnya hanya buat minum," ungkapnya.

Pria bertampang garang dengan rambut agak gondrong bergelombang itu pernah beberapa kali bekerja.

Antara lain menjadi penjaga malam di sebuah rumah di daerah Simpang Lima Semarang, lalu menjadi office boy di bank hingga menjadi penagih khusus kartu kredit.

Baca juga: Polisi Sebut Pengeroyok Bripda Muhammad Adi Saputra di Bekasi adalah Preman

Titik balik Prianggono bertobat

IlustrasiThinkstockphotos.com Ilustrasi
Setelah menikah, Prianggono pun pelan-pelan memikirkan masa depan keluarganya.

Dia lalu memulai belajar mengenal agama dengan bersedekah.

"Alhamdulillah, saya waktu itu belajar sedekah. Awalnya tahun 2009, gara-gara nonton TV tentang sedekah," imbuhnya.

Bertekad mengubah nasib, Prianggono pun memulai hidup baru dengan pindah ke Sleman.

Dia lalu berjualan soto dan mulai berkenalan dengan komunitas Islam.

Dari situlah Prianggono mulai rajin beribadah hingga berkeinginan membangun panti asuhan.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma | Editor: David Oliver Purba)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com