Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Perlu Tunggu Pemerintah, Warga 3 Dusun di Kulon Progo Gotong Royong Bangun Tanggul Antisipasi Banjir Bandang

Kompas.com - 07/01/2020, 14:21 WIB
Dani Julius Zebua,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

Tidak hanya Kuncen, di balik itu ada Temonan dan Sanggrahan Lor, juga Stadion Cangkring.

"Selama ini air hujan dari mana saja selalu berakhir di Sanggrahan Lor. Apalagi kalau bendungan jebol. Kuncen itu mungkin hanya dilewati saja, tapi berakhir di Sanggrahan," kata Heriawan.

Jebolnya tanggul bisa mengancam warga tiga dusun yang dihuni ribuan jiwa. Itulah mengapa warga dusun lain terlibat membangun tanggul.

"Secara geografis memang sungai ada di Kuncen. Tapi imbasnya bisa sampai Sanggrahan Lor dan Temonan. Muaranya di Stadion Cangkring. Maka ini harus dikerjakan sama, jangan cuma Kuncen saja, mau tak mau," ujar dia.

Pengalaman 2019

Banjir besar akibat tanggul jebol pernah terjadi di Dusun Bendungan Kidul dan Desa Bendungan, pada 17 Maret 2019.

Puluhan rumah terendam banjir dalam semalam dan ratusan orang mengungsi.

Pemerintah membangun tanggul permanen yang lebih kuat pascajebolnya tanggul.

Tanggul permanen selesai pada November 2019 lalu. Warga merasa aman.

"Hujan tinggi beberapa hari lalu tidak ada lagi rembesan," kata Rumpis Sunarno warga Bendungan Kidul.

Rumpis salah satu korban saat tragedi banjir di sana. Rumahnya rusak diterjang banjir.

Belajar dari kasus ini, warga Kuncen dan sekitarnya waspada. Mereka memperkuat tanggul di tikungan sungai.

Baca juga: 45 Titik Rawan Bencana Kepung Bandar Lampung, Bahaya Banjir hingga Tsunami Mengintai

Warga di sana ingat betul bagaimana air pernah nyaris melimpah keluar tanggul pada hari yang sama dengan tragedi Bendungan Kidul.

Kini warga mewaspadai debit naik pada saat hujan deras. Terlebih, tikungan sungai di Kuncen tidak pernah dinormalisasi, bahkan setelah bronjong runtuh beberapa tahun silam.

Tanggul alami dari tanah di Kuncen sendiri sudah menipis karena terkikis.

"Karena itu kita antisipasi sekarang dengan swadaya," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com