GRESIK, KOMPAS.com - Warga Gresik, Jawa Timur, memungut ikan di aliran Sungai Bengawan Solo. Padahal beberapa waktu lalu sungai itu sempat tercemar dengan limbah industri hingga airnya jadi kehitaman.
Kegiatan memungut ikan di aliran Bengawan Solo merupakan tradisi tahunan masyarakat Gresik. Tradisi itu bernama Pesta Kumbohan.
Salah satu tempat yang melakukan Pesta Kumbohan adalah Desa Jrebeng,Kecamatan Dukun, Gresik.
Mulai Jumat (20/12/2019) pagi, warga Desa Jrebeng mulai mencari ikan tepian Bengawan Solo dengan jaring, tombak ikan, hingga jala.
"Mulai tadi pagi, kami semua di sini mencari ikan-ikan yang munggut (mabuk) di pinggir Bengawan Solo. Lumayan buat lauk makan," ujar Sutrisno, seorang warga yang turut mencari ikan.
Baca juga: Upaya Dinas Lingkungan Hidup Gresik Atasi Pencemaran Air Bengawan Solo
Sutrisno menjelaskan, tradisi ini rutin dilakukan oleh warga yang tinggal di bantaran Bengawan Solo setiap tahun.
Tepatnya pada saat hujan deras pertama kali turun, khususnya di daerah yang ada di bagian hulu sungai.
"Tradisi seperti ini rutin kok mas tiap tahun, setiap kali hujan turun pertama kali. Jadi banyak ikan-ikan yang mulai munggut (mabuk), setelah kemarin Bengawan Solo sempat surut dan sekarang mulai kembali banyak airnya," tutur dia.
Warga berlomba untuk mendapatkan bermacam ikan mulai dari bandeng, mujair, udang, hingga patin.
Baca juga: Sungai Bengawan Solo di Gresik Juga Tercemar, Warnanya Kehitaman
Mereka mengaku, biasa mengonsumsi sendiri ikan yang didapat dari Pesta Kumbohan untuk lauk makan bersama keluarga.
"Seminggu lalu, ikan-ikan di Bengawan Solo juga banyak yang mati di pinggir sungai. Tapi warga sudah saya imbau dan saya larang supaya tidak mengkonsumsinya. Tapi untuk yang sekarang berbeda," ucap Kepala Desa Jrebeng, Suja'i.