Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Suhendri, Kakek yang Tolak Rp 10 Miliar demi Jaga Hutan: Idolakan Soekarno hingga Diperhatikan Mahasiswa Jepang

Kompas.com - 04/11/2019, 14:54 WIB
Zakarias Demon Daton,
Farid Assifa

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com - Perjuangan Suhendri, kakek 78 tahun membangun hutan tengah kota di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, tak lepas dari dukungan sang istri, Junarsa (80).

Junarsa mengaku mendukung penuh usaha suaminya menjaga lingkungan.

"Saya juga suka hutan. Emang kita petani. Orang dari kampung, bukan orang kota," kata Junarsa menemani suaminya saat menerima kunjungan Kompas.com, Kamis (31/10/2019).

Pasangan usia senja ini begitu ramah. Senyum lebar keduanya menyapa kami saat menginjak pondok sederhana mereka di tepi hutan kota miliknya, Jalan Pesut, Bukit Biru, Tenggarong.

Suasana segar sangat terasa saat memasuki kediaman kedua pasangan ini. Hanya berjarak kurang lebih satu kilometer dari kantor Bupati Kutai Kartanegara.

Baca juga: Kakek Suhendri Rela Tolak Rp 10 Miliar Demi Jaga Hutan, Ini Motivasinya

Junarsa menceritakan, pengalaman suaminya menanam pohon.

"Pokoknya harus lurus. Ditarik pakai tali. Jika ada yang bengkok dicabut kembali," kenang Junarsa.

Saat sedang memasak di dapur, dia selalu diminta pendapat.

"Bapak sering minta pendapat saya. Nilai tanamannya sudah lurus atau nggak. Kalau ada pohon yang ditanam bengkok, dicabut lagi baru tanam ulang biar lurus," cerita Junarsa.

Selain suka menanam, menurut Junarsa, suaminya juga suka menulis. Pondok sederhana yang ditempati pasangan ini penuh tulisan. Termasuk juga di dinding-dinding.

Suhendri sangat mengidolakan Soekarno. Setiap kutipan Soekarno ditulisnya di potongan papan dari kayu. Beberapa foto Soekarno dan Bung Hatta dipajang di ruang tamu, tempat ia menerima kunjungan.

Suhendri juga gemar berdiskusi soal sejarah Nusantara.

"Suka saja. Dukung penuh. Mau tulis apa saja terserah. Mau tanam silakan. Saya tidak usil," kata Junarsa.

Pasangan ini memiliki tiga anak. Satu anaknya tinggal di Tenggarong, namun berbeda rumah.

Dia ditugaskan menjaga hutan satunya. Sementara dua anak lainnya tinggal di Sukabumi, Jawa Barat. Tempat pasangan berasal.

"Anak saya satu buka warung di atas. Dekat hutan sebelah sana," ucap Junarsa sambil menunjuk arah tak jauh dari lokasi kediamannya.

Jaga hutan sampai mati

Junarsa mengaku berkali-kali kedatangan calon pembeli yang menawar lahan. Namun keduanya sudah komitmen menjaga lingkungan sampai akhir hayat.

Kini, hutan seluas 1,5 hektar ini menjadi tempat penelitian kampus. Hanya saja, kunjungan lebih didominasi mahasiswa dari luar Kalimantan Timur.

"Mahasiswa di sini jarang sekali. Padahal generasi muda harus peduli pada lingkungan," kata dia.

Mahasiswa asal Jepang yang dulu pernah meneliti hutan kota miliknya sampai sekarang sering menghubungi kedua pasangan senja ini. Mahasiwa itu bekerja di Jakarta.

"Dia (mahasiswa Jepang) sekarang kerja di Jakarta. Sering telepon, tanya kabar ibu. Kalau ibu ada sakit, dia biasa kirim uang. Kadang sejuta, beda dengan mahasiswa-mahasiswa di sini. Tidak peduli," kata Junarsa.

Menurut Suhendri, Pemerintah Daerah Kutai Kartanegara belum memberikan dukungan dana apa pun untuk pengembangan hutan kota. Pemda hanya memberi penghargaan bersifat administratif.

"Saya petani tapi saya punya hutan. Coba tanya pejabat-pejabat apakah mereka punya hutan, padahal mereka setiap hari bicara kelestarian lingkungan," kata Suhendri.

"Mestinya pemerintah membayar saya, karena saya sudah menyiapkan oksigen untuk kehidupan manusia di kota ini," candaSuhendri sambil tersenyum lebar.

Baca juga: Fakta Kakek Suhendri Tanam 1.000 Bibit di Lahan 1,5 Hektar, Jaga Hutan Selama 33Tahun

Suhendri panjang lebar bercerita pengalamannya merawat hutan. Setiap enam bulan sekali atau memasuki musim panas, kakek tiga anak ini selalu membersihkan semak-semak di pinggiran hutan guna mencegah kebakaran.

"Saya nggak khawatir soal kebakaran. Saya rutin bersihkan. Itu strategi saya menjaga hutan ini dari api," kata Junarsah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com