BORONG, KOMPAS.com - Maria Jesica juliani, siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Borong, di Kecamatan Ranamese, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki kepedulian terhadap warga korban pemasungan di daerahnya.
Jesica menjadi salah satu pengisi acara dalam Seminar Nasional Kesehatan Jiwa Manggarai Timur, Kamis (31/10/2019).
Seminar tersebut dalam rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia dengan tema "Mengupayakan Kesehatan Jiwa di Manggarai Timur: Bebas Pasung, Bongkar Stigma, dan Stop Diskrimansi terhadap Orang dengan Gangguan Jiwa".
Baca juga: Gadis 16 Tahun di NTT Diikat dan Dianiaya, Ini Motif Para Pelaku
Namun, kehadiran Jesica bukan untuk menjadi pembicara diskusi. Gadis berusia 16 tahun yang memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu membacakan sebuah puisi yang dia buat sendiri.
Puisi tersebut didedikasikan untuk para penderita gangguan jiwa di Manggarai Timur dan wilayah NTT lainnya.
Puisi tersebut juga untuk menggugah pemerintah dan masyarakat untuk memberikan perhatian kepada penderita gangguan jiwa yang dipasung.
"Saya bangga diberikan kepercayaan oleh relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) peduli orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) Manggarai Timur. Ada banyak saudara dan saudari yang mengalami gangguan jiwa di wilayah ini yang masih dipasung dan belum diperhatikan," kata Jesica.
Berikut kata-kata dalam puisi berjudul "Kami Ingin Bebas" yang dibacakan Jesica:
Semua ini tidak mudah
Kami hanya ingin bilang
Kami tidak dapat merasakan apapun lagi
Kami tidak tahu apa itu senang
Kami tidak tahu apa itu sedih
Kami hanya makan, minum, tidur tanpa merasakan apapun
Kami bahagia tersenyum, tertawa tanpa merasakan apapun
Ini hanya tubuh kami tanpa jiwa kami
Namun, hanya satu hal yang kami tahu, kami ingin bebas, kami manusia yang punya perasaan
Kami mengeluh bukan tanpa alasan
Hanya saja semua ini melelahkan
Hormat kami untuk Bapak yang duduk di singgasana
Kami hanya butuh perhatian, tidak lebih
Kami, yang pernah dikucilkan oleh mereka yang merasa berkuasa
Asa yang seolah hancur dilukai beribu duri
Masih kurangkah telinga itu mendengar keluh kesa kami?
Hei para pemimpin berdasi, katanya ingin memberikan bukti bukan janji
Lantas tak pernah kalian melihat kami
Bak tahanan yang dihukum sampai mati
Kedua kaki ini menjadi saksi bahwa realita hidup tak semanis ekspetasi
Hidup kami kalian bentuk bagaikan tepung
Kalian olah dengan porsi kalian sendiri
Kalian jalankan bak pion kecil di atas papan catur
Bau bangkai kami tidak kalian hiraukan
Beri kami kebebasan !!!
Sungguh, suara kalian tenang bagaikan tiupan angin sepoi
Menipu manis dalam retorika kebijakan
Terbelenggu dalam ruang dan waktu
Kami hanya mampu berteriak kecil
Pulihkan kami, bebaskan kami dari belenggu ini
Tolong kami mohon !!!
Sebagian peserta seminar tak kuasa menahan tangis saat puisi dibacakan. Lirik dalam puisi tersebut dianggap sesuai dengan fakta yang terjadi di Manggarai Timur.
Bahkan, seluruh peserta seminar menundukan kepala sambil berlinang air mata.
Florianus Harson dan Albertus Harianto, dua peserta seminar tersebut mengungkapkan, puisi Jesica menusuk hati nurani dan menggugah perasaan.
"Kami sangat tersentuh dengan puisi yang menyentuh bagian-bagian hati dan pikiran yang ada dalam diri kami. Puisi ini sangat menohok bagi siapa saja yang mendengarkannya, karena fakta yang terus terjadi yang dialami para penderita gangguan jiwa di wilayah ini," kata Harson.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.