Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasca-kerusuhan Wamena, Sejumlah Dokter Bertahan di RSUD Lanny Jaya Papua

Kompas.com - 30/09/2019, 18:08 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Sekitar 5.500 pengungsi korban kerusuhan Wamena membutuhkan bantuan kebutuhan pokok seperti pakaian, makanan, dan barang-barang keperluan anak dan perempuan.

Hal itu dikatakan Komandan Distrik Militer 1702 Jayawijaya, Letkol Inf Candra Dianto, kepada wartawan, Sabtu (28/09), sebagaimana dikutip kantor berita Antara.

Menurutnya, para warga yang mengungsi di markas Kodim umumnya hanya membawa baju di badan saat berusaha menghindari dampak kerusuhan di Wamena.

Baca juga: Kronologi Kerusuhan di Wamena Versi Komnas HAM...

Adapun bantuan pangan pokok dari pemerintah untuk pengungsi korban kerusuhan Wamena, menurut dia, saat ini baru difokuskan ke satu posko pengungsian.

"Kami minta informasi ini disebarkan seluas-luasnya agar banyak pihak yang tergerak untuk membantu para korban yang kini tengah mengungsi," kata Chandra.

"Bantuan dari Pemerintah Provinsi Papua hanya tersalur ke posko pengungsian Gedung Okumarek yang dibuka oleh Pemerintah Kabupaten Jayawijaya," ia menambahkan.

Baca juga: Wiranto Sebut Kerusuhan Wamena Dimotori OPM dan Benny Wenda

Suasana ruangan Kantor Bupati Jayawijaya yang terbakar saat aksi unjuk rasa di Wamena, Jayawijaya, Papua, Kamis (26/9). Kerusuhan yang terjadi pada Senin (23/9) tersebut mengakibatkan puluhan orang meninggal dan sejumlah bangunan terbakar dan rusak. Antara/Iwan Adisaputra Suasana ruangan Kantor Bupati Jayawijaya yang terbakar saat aksi unjuk rasa di Wamena, Jayawijaya, Papua, Kamis (26/9). Kerusuhan yang terjadi pada Senin (23/9) tersebut mengakibatkan puluhan orang meninggal dan sejumlah bangunan terbakar dan rusak.

Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya, menurut dia, sampai sekarang hanya mengandalkan bantuan logistik yang masih tersedia di markas.

"Pengungsi tidak mau ke Okumarek. Warga maunya di Kodim, sementara dapur lapangan Pemda ada di Okumarek," katanya.

Selain makanan dan pakaian, ia menambahkah, pengungsi membutuhkan susu untuk balita, popok bayi, dan pembalut untuk perempuan.

Sekitar 5.500 warga pendatang di Wamena yang keluar dari rumah mereka untuk tinggal di pengungsian.

Baca juga: Cerita Pengungsi Wamena, Loncat dari Atap saat Kosnya Dibakar Massa

Mereka tersebar di markas Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya, markas Polres Jayawijaya, markas Komando Rayon Militer 1702-03 Wamena, Betlehem, gedung DPRD Jayawijaya, hingga markas Yonif Wi Mane Sili.

Sebagian dari mereka ada yang telah bertolak ke Jayapura menggunakan pesawat Hercules milik TNI.

Ada pula yang mengungsi ke Kabupaten Mimika, seperti yang dilakukan sejumlah orang asal Madura.

Ketua Kerukunan Keluarga Jawa Bersatu (KKJB) Mimika, Parjono, mengatakan kepada Antara, Sabtu (28/9/2019), bahwa pihaknya menampung 34 pengungsi asal Wamena di Sekretariat Paguyuban Pati di Timika.

Baca juga: Dandim Jayawijaya: Masyarakat Wamena Mulai Beraktivitas, tapi Mereka Masih Trauma

 

Dokter-dokter bertahan

Warga yang hendak mengungsi memadati Bandara Wamena, Jayawijaya, Papua, Jumat (27/9). Warga yang hendak mengungsi memadati Bandara Wamena, Jayawijaya, Papua, Jumat (27/9).
Sementara itu, sejumlah dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tiom, ibu kota Kabupaten Lanny Jaya, Papua, memilih bertahan untuk melayani warga setempat meski seorang dokter meninggal dunia dalam demonstrasi yang diwarnai kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Senin (23/9/2019).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com