Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga 20 Tahun Hidup Berdampingan dengan Para Penderita Kusta

Kompas.com - 13/09/2019, 06:45 WIB
Himawan,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

MAKASSAR, KOMPAS.com - Ada cerita menarik dari warga biasa yang menetap di Kompleks Penderita Kusta Jongaya di Jalan Dangko, Kelurahan Balang Baru, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan

Awalnya, Kompleks Penderita Kusta Jongaya hanya disediakan untuk penderita kusta yang merasa terkucilkan oleh masyarakat pada umumnya.

Warga yang menderita kusta merupakan pelarian dari beberapa daerah di Sulawesi Selatan. 

Namun, seiring berjalannya waktu, para warga yang tidak menderita kusta berani tinggal di kompleks ini. Bahkan ada yang menyewa rumah yang dimiliki warga penderita kusta. 

Namun, mayoritas warga yang bukan penderita kusta yang tinggal di sini merupakan keluarga dari penderita penyakit ini. 

Fatimah, salah seorang warga mengatakan, tidak risih sama sekali tinggal di kompleks ini. Awalnya, keluarganyalah yang memilih tinggal di sini. 

"Kalau saya tidak risih sama sekali. Ya karena orang-orang di sini sudah terbiasa jadi ikut juga sudah bisa menerima," kata Fatimah saat diwawancarai Kompas.com di rumahnya, Kamis (12/9/2019).

Baca juga: Mereka yang Menetap di Kampung Kusta karena Penyakitnya...

Wanita yang sehari-harinya berjualan di kiosnya ini memang sempat lama meninggalkan kompleks karena merantau.

Namun, pada akhirnya dia kembali dan sehari-harinya berinteraksi dengan para penderita kusta. 

Warga lainnya, Jumrianti (30) mengatakan, tidak memiliki masalah dengan para penderita penyakit ini.

Ia mengatakan, sejak lahir sudah hidup dengan para penderita kusta. Kedua orangtuanya menderita kusta. 

Namun, ia hingga kini tidak pernah tertular penyakit kusta. 

"Jadi saya tidak memiliki kekhawatiran sama orang yang penyakit kusta. Karena dari dulu saya makan sama-sama dengan orang itu," ujar Jumrianti. 

Jumrianti sudah tinggal di kompleks ini sejak ia berusia 10 tahun atau sudah 20 tahun berselang. Kala itu ayah dan ibunya memilih tempat di kompleks ini untuk menetap.

Kini ia sudah bersuami dengan lelaki di luar kompleks ini yang bukan penderita kusta. 

Mereka berdua hidup rukun dan tidak memiliki masalah dengan penyakit kusta. 

"Jadi baik-baik, tidak ada perasaan kalau mau dipindahi. Orang-orang luar mungkin memiliki tanggapan lain kalau kami biasaji," ujarnya. 

Warga kompleks lainnya, Saoda memiliki cerita lain. Kala itu ia sengaja datang ke Makassar dari Bone saat ayahnya yang menderita kusta dirawat di Rumah Sakit Tajuddin Makassar. 

Dari awal, Saoda tidak memiliki kekhawatiran akan ditulari penyakit ini. Hingga pada akhirnya ia bersuami dengan pria yang sempat menderita penyakit kusta. 

Baca juga: Cerita Petugas Medis Perawat Kusta, Awalnya Kaget hingga Akhirnya Terbiasa

Pertemuannya berawal dari pertemanan ayahnya dengan calon suaminya itu saat dirawat di rumah sakit yang sama. 

"Jadi tahun 97 saya pindah di sini setelah menikah. Saya tidak khawatir (ditulari). Ayah saya sakit, om ku sakit, sepupuku juga sakit jadi sudah biasa," kata Saoda. 

"Saya pernah makan berdua dengan om ku tapi tidak pernah merasa jijik," ujarnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com