Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain Kopi, Ridwan Kamil Siap Jadi Sales Teh Jabar

Kompas.com - 02/08/2019, 14:18 WIB
Dendi Ramdhani,
Farid Assifa

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku siap untuk memasarkan teh Jawa Barat ke pasar dunia.

Hal itu ia sampaikan sewaktu membuka West Java Tea Festival di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Jumat (2/8/2019).

Pria yang akrab disapa Emil itu mengatakan, saat ini komoditas teh tengah naik daun di Eropa. Hal itu ia dapati seusai ia berkunjung ke Inggris dan Swedia pekan lalu.

"Saya menawarkan diri jadi sales industri teh di Jawa Barat karena setelah keliling Eropa ternyata teh itu tren naik sebenarnya, tapi di Indonesia belum mengoptimalkan peluangnya, nah saya menawarkan diri," ujar Emil.

Baca juga: Ayah Angkat Dalangi Pembunuhan Pemuda Berkebutuhan Khusus, Racun Tikus Dicampur Teh

Emil menjelaskan, komoditas teh Jabar memiliki potensi besar untuk dipasarkan, sama halnya seperti kopi. Namun, kata dia, perlu banyak dorongan dari berbagai sektor agar teh Jabar punya tempat di masyarakat.

Karena itu, untuk mendongkrak popularitas teh, Emil berencana menyandingkan teh dengan kopi Jabar pada tiap acara.

"Asosiasi teh jawa barat para petaninya berkumpul untuk membranding gaya hidup teh ini di milenial kurang, dibandingkan dengan kopi," ucapnya.

Emil menjelaskan, teh Jabar juga mesti menyesuaikan selera pasar di setiap negara. Masyarakat Inggris, kata Emil, lebih menyukai karakter teh yang bisa dicampur dengan susu. Sementara karakter kopi Jabar relatif lebih pahit.

"Ternyata di Jawa Barat ada beberapa yang belum sesuai mungkin prosesnya. nah sehingga kita akan perbaiki supaya bisa menembus pasar Eropa," ujarnya.

Baca juga: Fakta Hujan Es di Aceh Tengah, dari Setahun Sekali Terjadi, hingga Rumah Warga dan Kebun Kopi Rusak

Namun, sambung dia, ada jenis teh asal Jabar sangat disukai kalangan menengah ke atas yang dibanderol hingga 60 dolar per kilogram.

"Karena teh Jawa Barat yang white tea itu ternyata di segmen-segmen tertentu di eropa itu sangat dihargai, mahal 60 dollar per kilo, Rp 800.000 lah ya, tapi di sini rata-rata masih jauh. Jadi ini mah hanya masalah ilmu marketing yang belum dimaksimalkan," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com