BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Allianz

Kisah Jumainah, Buktikan Jika Nominal Bukan Halangan untuk Bersedekah

Kompas.com - 02/08/2019, 12:02 WIB
Mico Desrianto,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Jumat itu, jelang matahari terbit, Jumainah (68), warga Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat (Kobar), Kalimantan Tengah (Kalteng), sudah bersiap pergi ke pasar untuk belanja bahan makanan.

Dengan menggunakan jilbab warna emas kesukannya ia pun pergi ke sana. Namun tak seperti ibu-ibu pada umumnya, sepulang dari pasar Jumainah menenteng banyak kantong belanjaan.

Jumainah menjelaskan, ia belanja bukan untuk kebutuhan pangan keluarganya, melainkan kegiatan sosial yang dinamai Sedekah Seribu Sehari (S3).

Ya, dirinya membuat banyak makanan untuk dibagikan gratis bagi siapapun yang membutuhkan setiap hari Jumat.

Kegiatan S3 Jumainah berada di dua lokasi, yaitu Masjid Sirajul Muhtadin dan Base Camp S3.

Adapun kegiatan sosial ini sudah berjalan kurang lebih lima bulan dengan menyertakan etalase berukuran 50 cm x 100 cm sebagai wadahnya.

Bukan tanpa alasan Jumainah melakukan itu. Banyaknya masyarakat miskin yang ada di Kabupaten Kobar menggerakan hati ia menggagas aktivitas sosial tersebut.

Data Pemerintah Kabupaten Kobar mencatat, jumlah penduduk miskin di wilayah itu mencapai 4,96 persen dari total jumlah penduduk Kobar pada 2016 yaitu 286.714 (BPS).

Melihat data tersebut, maka tak heran banyak orang yang dapat terbantu lewat kegiatan Jumainah.

Hobi bersedekah

Kegiatan sosial itu bermula dari hobi Jumainah yang kerap menyisakan uang receh (Rp 1.000) untuk bersedekah.

“Saya mulai berpikir untuk melakukan sesuatu yang lebih, dan muncul ide untuk memberikan makan kepada ke fakir miskin, anak yatim, musafir, atau siapa pun yang membutuhkan makan,” ujar Jumainah melalui sebuah postingan Instagram bernama @denny_lukas, Jumat (28/7/2019).

Untuk efisiensi biaya, Jumainah melakukan sendiri kegiatan memasakDenny Lukas Untuk efisiensi biaya, Jumainah melakukan sendiri kegiatan memasak
Jumainah tak sendiri, ia mengajak teman dan saudara untuk ikut serta.

Namun dalam perjalanannya, tak sedikit dermawan yang dengan sukarela menyisihkan rezekinya untuk membantu kegiatan Jumainah.

“Terutama saat bulan puasa, banyaknya donatur yang berpartisipasi membuat kegiatan S3 ini tak hanya menyediakan makanan saja, tapi dapat menyediakan menu berbuka puasa untuk beberapa masjid dan panti asuhan,” ucap dia.

Tak hanya berbelanja sendiri, ia pun memasak semua bahan pangan secara swadaya untuk menghemat biaya.

Lauk yang disediakan pun beragam, ada telur, ayam, sayur, tak jarang daging sapi jika rezeki sedang bagus.

Nasi kotak hasil racikan Jumainah pun langsung diserbu masyarakat yang membutuhkan, bahkan tak lama setelah etalase dibuka. Seperti yang berada di Masjid Sirajul Muhtadin yang disediakan khusus usai salat Jumat.

Kepada Kompas.com, pihak pengunggah cerita bernama Denny menjelaskan tujuannya menceritakan kisah Jumainah di media sosial, yakni untuk mengikuti kompetisi menulis yang diadakan Allianz.

“Harapan agar tulisan yang saya buat dapat memberangkatkan Jumainah berangkat ke tanah suci,” tutur Denny, Sabtu (27/7/2019).

Allianz memberikan berkah umroh untuk 25 sosok sederhana serta dua pencerita terbaik dengan cara berbagi cerita inspiratif melalui program #BerlipatnyaBerkah.

Ayo ikutan memilih salah satu dari 50 finalis kisah inspiratif dari sosok sederhana yang dapat warganet dukung dengan vote ceritanya di sini.


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com