Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Seorang Buruh Bangunan Sekolahkan Anaknya hingga Masuk Teknik Nuklir UGM

Kompas.com - 28/06/2019, 09:29 WIB
Wijaya Kusuma,
David Oliver Purba

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Amnidi (53) dan keluarganya tak bisa mengambarkan kebahagiaan yang mereka rasakan, kecuali terus mengucapkan rasa syukur.

Kebahagiaan ini datang setelah mengetahui putra sulungnya, Rakhmat Eko Saputro (18) diterima kuliah di prodi Teknik Nuklir Fakultas Teknik UGM.

Dia dan istrinya Ermida (46) tidak pernah menyangka anaknya dapat melanjutkan ke perguruan tinggi. Amnidi juga merasa lega karena Rakhmat mendapatkan beasiswa Bidikmisi sehingga bisa kuliah tanpa dipungut biaya hingga lulus.

"Rasanya gak percaya, saya yang buruh bangunan dan hanya lulusan SMP akhirnya bisa melihat Eko masuk kuliah," ujar Amnidi dalam keterangan tertulis Humas UGM, Kamis (27/6/2019).

Baca juga: Lika-liku Perjalanan Anak Penjahit Diterima di UGM dan Sosok Ibu yang Memotivasi

Amnidi bersama keluarganya dahulu menghuni rumah liar yang berada daerah Muka Kuning Kampung Ace, Batam. Namun, peristiwa tak diinginkan terjadi pada tahun 2006. Saat itu kawasan yang ditinggali oleh Amnidi dilanda banjir besar.

Banjir tersebut merubuhkan rumah kayu yang ditempati Amnidi dan keluarganya. Ia pun terpaksa tinggal bersama keluarganya di pengungsian.

Saat tinggal di pengungsian itulah Amnidi yang berprofesi sebagai buruh bangunan mulai menyisihkan penghasilanya. Uang itu ia gunakan untuk membangun rumah secara bertahap di atas tanah seluas 10x 10 meter.

Kini rumah di Kavling Lama Batu Aji Permai Blok D No.25, Kelurahan Sungai Lekong, Kecamatan Sagulung, Batam, Kepulauan Riau telah mereka tinggali.

Perjuangan menyekolahkan anak-anak

Sebagai seorang buruh bangunan, menyekolahkan anak hingga jenjang perguruan tinggi diakuinya bukanlah hal yang mudah. Penghasilannya dari bekerja sebagai buruh bangunan sangatlah pas-pasan untuk menghidupi istri dan dua putranya.

Amnidi menceritakan pernah suatu saat dirinya tidak dibayar padahal sudah bekerja. Ia tidak dibayar karena mandor tempatnya bekerja melarikan diri.

Penghasilan Amdini juga tak menentu.

"Kerjanya ya gak tentu, tergantung proyek. Kalau ada proyek ya kerja kalau tidak ada ya di rumah saja," ujarnya.

Rakhmat Eko Saputro (18), anak Amnidi yang diterima kuliah di prodi Teknik Nuklir Fakultas Teknik UGM KOMPAS.com / WIJAYA KUSUMA Rakhmat Eko Saputro (18), anak Amnidi yang diterima kuliah di prodi Teknik Nuklir Fakultas Teknik UGM
Ia juga pernah menganggur hingga dua bulan lamanya karena tidak ada proyek. Sementara saat itu harus membiayai anak bungsunya yang akan masuk SMP.

Di dalam kondisi sulit, Amnidi tetap yakin bahwa Yang Maha Kuasa akan memberikan jalan yang terbaik ketika manusia mau berusaha.

Keyakinan itu pun tidak salah, putranya Eko Saputro meraih juara pertama tingkat provinsi Kepulauan Riau dalam Olimpiade Astronomi 2018 dan menjadi wakil untuk berlaga di tingkat nasional. Prestasi itu membawa kebanggaan bagi keluarga dan daerahnya.  

"Menang lomba Eko dapat uang saku dan itu digunakannya untuk membantu membiayai keperluan adiknya masuk SMP," tuturnya.

Baca juga: 5 Fakta Kisah Kasmi Berpisah Selama 30 Tahun dengan Keluarga, Bingung Wajah Anak hingga Sempat Terlantar di Ibu Kota

Istrinya juga turut bekerja demi bisa memenuhi kebutuhan keluarga. Istrinya bekerja serabutan membantu memasak dan mencuci piring di sebuah restoran yang ada di Singapura.

"Ini istri sedang di Singapura, dua minggu di sana bantu kerja di restoran," ujarnya.

Eko tak pernah berkecil hati meski ayahnya buruh bangunan.

Eko Saputro merupakan anak yang berprestasi di sekolah. Saat SD selalu rangking 1 dan SMP hingga SMA masuk tiga besar siswa berprestasi di kelas.

Beberapa prestasi yang tercatat antara lain juara 3 porseni puisi tingkat Kota Batam 2015, juara 1 debat agama Islam tingkat provinsi Kepulauan Riau 2018, juara 3 nasional dalam kompetisi riset di ITB 2018, dan juara 1 olimpiade astronomi tingkat Kepulauan Riau 2018.

Amnidi berharap putranya bisa menjalani kuliah dengan lancar dan lulus tepat waktu. Ia pun hanya bisa mengirimkan doa untuk kesuksesan putranya dalam menempuh pendidikan di Yogyakarta.

"Belajar yang benar dan tidak usah pulang sebelum berhasil. Kami di sini selalu berdoa agar kuliah bisa lancar dan nantinya menjadi orang sukses," ucapnya.

Selama kuliah nantinya, anaknya akan menumpang di rumah sang bibi hingga lulus kuliah.

Sementara itu Rakhmat Eko Saputro mengaku keinginan untuk bisa kuliah telah ada sejak kecil. Karenanya dia tekun belajar agar bisa berprestasi dan akhirnya dapat masuk UGM lewat jalur SNMPTN Undangan dan mengajukan beasiswa Bidikmisi sehingga bisa meringankan beban keluarga.

"Orangtua mendukung, kendala kami ini hanya dari keluarga yang biasa-biasa saja  sementara biaya kuliah sangat besar," ungkapnya

Eko tidak pernah patah arang. Di tengah segala keterbatasan keluarga Ia terus berjuang menggapai cita-citanya.

Tak pernah sekalipun rasa malu atau pun berkecil hati dengan keadaanya saat ini. Justru keadaanya inilah yang membuatnya semakin semangat meraih masa depan lebih baik untuk membahagiakan keluarganya.

"Saya tidak pernah minder, malah sangat bangga bapak yang buruh bangunan bisa menyekolahkan saya sampai ke UGM, ini luar biasa," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com