Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan dari Jaring Apung di Halaman Rumah Suku Bajau...

Kompas.com - 05/03/2019, 17:56 WIB
Rosyid A Azhar ,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

GORONTALO, KOMPAS.com – Segenggam potongan ikan tandipang yang dilempar belum sampai di dalam air sudah disambar ikan bubara.

Bubara ini saling berebut untuk mendapatkan ikan segar ini dalam jaring apung ukuran 4×4 meter. Ikan ini gesit berenang dalam jaring apung di depan halaman rumah Tien Onte (42), warga Dusun Mutiara, Torosiaje Laut, Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato.

Tin Onte, wanita yang ditinggal mati suaminya 15 tahun lalu ini telah memelihara bubara sejak 2 bulan terakhir, mengikuti jejak tetangganya yang sudah lama memelihara jenis ikan ini.

Tien Onte, sebagaimana warga Suku Bajau yang tinggal di atas laut lepas Pantai Popayato, adalah nelayan tangguh.

Baca juga: Tak Punya Ladang, Suku Bajau Torosiaje Berlatih Sistem Tanam Hidroponik

 

Ia memelihara bubara ini seperti mengasihi anaknya. Setiap 2 hari sekali ikan segar, seperti tandipang atau ikan teri besar, dijadikan makanan bubara peliharaannya.

"Harus sabar dalam memelihara ikan bubara, ini juga mengasuh makhluk hidup, perlu perhatian dan perasaan," ujar Tien Onte.

Selama 2 hari sekali, ia membeli 1 wadah besar ikan tandipang atau teri seharga Rp 100.000 dari nelayan tetangganya.

Sebagian ikan yang berukuran besar dipotong-potong menjadi bagian yang lebih kecil sebelum dilemparkan ke jaring apung.

Kecipak bunyi air bubara berebut ikan menyiratkan ikan ini sangat lahap makannya, ini yang menjadi harapan Tien Onte untuk segera memetik panennya.

"Dalam satu kali pemeliharaan, ada lebih dari 1.000 ekor bubara yang berada di 2 jaring apung," papar Tien Onte.

Bibit bubara ini ia beli dari nelayan pukat seharga Rp 7.000 per ekor. Dalam waktu 4-5 bulan, ikan ini akan membesar dan siap dipanen.

Para tengkulak datang langsung ke desa ini, menawar ikan seharga Rp 50.000-Rp 60.000 per kilogram.

Baca juga: Tiga Kapal Ikan Vietnam Ditenggelamkan di Laut Terdepan Indonesia

Ikan-ikan segar dari Torosiaje ini dipasarkan hingga ke Kota Manado, Sulawesi Utara. Selera masyarakat kota besar di ujung pulau Sulawesi seperti tak pernah redup setiap hari sepanjang tahun.

"Tidak sedikit biaya yang kami keluarkan, namun ini tekad untuk hidup lebih baik," ujar Tien Onte.

Sebagai janda nelayan yang hidup di atas laut, Tien memanfaatkan halaman rumahnya yang kosong untuk dipasang jaring.

Tali plastik di 4 ujung jaring diikat di tiang rumah dan tiang jalan, sangat sederhana. Perhatian dan kedisiplinan memelihara ikan bubara ini dilakukan setiap hari.

Jika tidak ada perhatian, ikan ini akan tetap mengecil walau lama di pelihara. Beberapa warga Suku Bajau di desa ini mengandalkan jaring apung berisi bubara di bawah rumah mereka.

Di atas permukaan air laut, lebih dari 300 buah rumah berdiri dengan tiang-tiang kayu yang dipenuhi kerang yang menempel. Pemandangan yang luar biasa indah.

Bulu babi juga berserakan di dasar air yang jernih bercampur lamun. Tidak setiap rumah memiliki jaring apung berisi bubara, ikan yang bernilai ekonomi tinggi.

Baca juga: Tiba di Kendari, Jokowi Jalan Santai hingga Kunjungi Pelelangan Ikan

"Lebih dari 1.600 jiwa tinggal di Desa Torosiaje ini, mereka semua nelayan," kata Joutje Repi, pensiunan polisi asal Tondano Minahasa, yang mantan punggawa (kepala desa) desa ini.

Joutje Repi mengisahkan, pada masa ia bertugas di daerah ini, para nelayan memasarkan ikan tangkapannya dengan memikul di karung untuk di bawa ke Popayato, kota kecamatan terdekat.

Jalan-jalan tikus menjadi menu sehari kaki mereka, tidak ada kendaraan yang bisa melalui jalan ini.

Desa Torosiaje yang terpisah dari daratan Sulawesi sekarang tidak lagi terisolir, ikan hasil tangkapan dan budidaya nelayannya mengalir mengisi pasar-pasar di daerah sekitarnya hingga ke provinsi tetangga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com