Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Teman Saya Terus Menangis, Dia Bertanya Apakah Kami Masih Bisa Keluar atau Tidak"

Kompas.com - 01/03/2019, 12:05 WIB
David Oliver Purba

Editor

KOMPAS.com - Rusdi Tulong (35), warga Mopusi merupakan salah satu penambang yang selamat dari longsor dalam tambang emas di Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara yang terjadi pada Selasa (26/2/2019) lalu.

Rusdi menceritakan, dia bersama dua rekannya terjebak 21 jam di dalam satu lorong sempit berukuran dua kali dua meter dan berjarak 15 meter dari lubang masuk tambang.

"Kami bergantian untuk meluruskan kaki. Saat satu meluruskan, dua lainnya melipat. Begitu seterusnya sampai dievakuasi," ujar Rusdi saat ditemui di Ruang Rawat Bedah Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kotamobagu, Kamis (28/2/2019)

Rusdi kaget saat bebatuan di bagian atas ambruk. Mereka masuk pada Pukul 07.00 Wita di hari kejadian. Di dalam tambang saat itu ada banyak penambang terkumpul di satu lorong besar.

Rusdi bersama dua rekannya di lorong lain tambang, jauh dari lorong besar itu.

"Sejak pagi tak ada tanda-tanda akan ambruk. Biasanya kami keluar ketika mencapai target 50 bongkahan. Saat itu Pukul 21.00 Wita sudah 35 bongkahan kemudian kejadian itu terjadi," ujar Rusdi.

Baca juga: 5 Fakta Longsor Tambang Emas di Sulut, 37 Penambang Diduga Masih Tertimbun hingga Kekurangan Kantong Jenazah

Lokasi ambruk dengan tempat Rusdi mengambil bongkahan batu sekitar lima meter

"Kami sudah tidak tahu tanda-tanda. Tiba-tiba hanya terdengar bunyi sangat keras di luar kemudian bebatuan ambruk dan menutup akses jalan. Kami bertiga pun terjebak, saat itu kami kesulitan bernapas," ujar Rusdi.

Saat terjebak di dalam tambang, rasa haus dan lapar lama mulai terasa. Rusdi dan dua rekannya tak bisa berbuat apa-apa. Semua air minum ada di gua tempat para penambang mengambil bongkahan.

"Hanya bisa duduk, saya terus berzikir, teman saya yang satu terus menangis. Dia selalu bertanya apakah kami masih bisa keluar atau tidak," katanya

"Saya selalu katakan agar berzikir saja. Kalau memang masih diizinkan hidup maka warga yang ada di luar evakuasi akan menemukan kita, penerangan hanya senter. Untuk menghilangkan rasa haus tinggal menelan ludah saja," tambah Rusdi.

Rusdi dan dua rekannya bergantian berteriak minta tolong selama di dalam lorong itu. Mereka meneriakan nama dan asal daerah mereka.

Rusdi mengatakan ada penambang di bagian atas mereka yang sangat berjasa.

"Ada yang di atas kami itu dia yang duluan ditemukan tim. Dialah yang memberi informasi kepada tim bahwa kami masih terjebak," ujar dia.

Petugas kemudian mulai menggali dan menemukan Rusdi bersama dua rekannya. Rusdi mengatakan, yang pertama kali mereka lakukan saat ditemukan yakni meminta air. Rusdi mengatakan betapa senangnya saat diberikan air minum tersebut.

"Sampai di luar kami kesulitan membuka mata. Nanti di rumah sakit barulah bisa seperti biasa lagi," ujar Rusdi yang sudah menambang sekitar 10 tahun lalu.

Petugas merawat salah seorang penambang yang selamat dari lokasi Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondouw, Sulawesi Utara, Rabu (27/2/2019). Sebanyak 23 orang penambang tertimbun longsor, 19 orang di antaranya selamat dan 4 orang tewas.ANTARA FOTO/ADWIT B PRAMONO Petugas merawat salah seorang penambang yang selamat dari lokasi Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) Desa Bakan, Kecamatan Lolayan, Kabupaten Bolaang Mongondouw, Sulawesi Utara, Rabu (27/2/2019). Sebanyak 23 orang penambang tertimbun longsor, 19 orang di antaranya selamat dan 4 orang tewas.

Terjebaknya Rusdi membuat semua orang khawatir. Terlebih khusus Tawakal Tulong (60) ayah kandungnya. Waktu mendengar kabar tersebut, Tawakal berada di rumah.

Dia mengatakan tak bisa melakukan apa-apa karena selalu terpikirkan anaknya yang terjebak.

"Saya selalu memikirkan anak saya yang terjebak. Perasaan saya sudah bercampur aduk. Saya bahkan tidak dapat berjalan sudah setengah mati pikiran. Saya terus berzikir, selalu berdoa. Ketika mendengar kabar anak saya sudah dievakuasi dengan selamat perasaan menjadi tenang," ujar Tawakal.

 Cerita Deni Mamonto

Korban longsor lainnya, Dedi Mamonto (38), warga Genggulang, Kecamatan Kotamobagu Utara, Kota Kotamobagu Provinsi Sulawesi Utara menceritakan kejadian yang dia alami. 

Deni menceritakan, dia bersama lima rekannya masuk ke dalam lubang hingga 10 meter, pada Selasa pukul Pukul 19.00 Wita. Dari lima orang hanya dia bersama satu rekannya yang selamat

Awalnya biasa saja, ratusan orang beraktivitas memukul bebatuan mencari material emas.

Satu jam kemudian yakni pada pukul 20.00 Wita, Deni melihat ada bebatuan kecil yang mulai berjatuhan. Berlangsung tak lama. Tanda tersebut tak bisa dimanfaatkan penambang untuk menyelamatkan diri.

"Tiba tiba saja langsung ambruk. Ada bunyi seperti angin, kami semua tertimbun tanah. Kaki saya terjepit batu dan mayat penambang lain," ujar Deni.

Baca juga: Evakuasi Penambang Emas Tertimbun Longsor Terkendala Medan yang Sulit

Saat itu Deni tak menyerah. Dia terus menerus berdoa kepada Tuhan. Dia terus meminta agar dia diselamatkan.

Deni terjebak di satu titik tambang berukuran sekitar tiga kali tiga meter. Dia bersama tiga orang lainnya, dua orang adalah penambang dari daerah lain.

"Awalnya kami masuk lima orang, tiga sudah tidak tahu dimana. Ada dua penambang lain yang membantu kami keluar," ujar Deni.

Di saat itu Deni menahan sakit, kaki kirinya terjepit batu dan jenazah. Perlahan dia berusaha mengeluarkan kaki kirinya.

"Awalnya saya dorong mayat, kemudian batu saya ketuk perlahan-lahan hingga menjadi tiga bagian. Saat itu bebatuan kecil terus berjatuhan. Tangan kiri saya gunakan menangkis batu kecil. Namun, tetap saja ada beberapa yang lolos dan kena kening saya," ujar Deni.

"Saya kemudian berusaha merangkak keluar perlahan. Saat itu terdengar banyak suara minta tolong. Tapi apa daya kami juga berusaha menyelamatkan diri," ujar Deni.

Deni akhirnya menghirup udara segar di luar lubang tambang. Keluar dari lubang tambang sekitar Pukul 21.00 Wita, tiba di Rumah Sakit Pukul 01.00 Wita.

Deni mengatakan masih banyak penambang yang terjebak di dalam lubang tambang. Ada yang sudah meninggal terjepit batu. Deni mengatakan kejadian ini adalah yang terparah

"Sebelumnya tidak pernah terjadi seperti ini. Banyak penambang yang menjadi korban," ujar dia.

Petugas masih terus melakukan evakuasi terhadap para korban hingga Jumat (1/3/2019). (Handhika Dawangi)

 

 


Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul: Kisah Rusdi Tulong, Korban Longsor di Lubang Tambang Bakan Selama 21 Jam: Saya Terus Berzikir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com