Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Kisah Mbah Sadikun: Bertahan di Rumah Reyot karena Tak Mau Menyusahkan

Kompas.com - 24/01/2019, 06:12 WIB
Sukoco,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

MAGETAN , KOMPAS.com - Bicaranya lantang tanpa beban menceritakan kesulitan hidup yang harus dihadapi di usia senjanya. Meski telah berusia 87 tahun, namun ingatan Mbah Sadikun Kuncoro tentang masa lalaunya masih bagus.

Bahkan dia masih ingat betul kapan dia lahir, tanggal pernikahan dia sampai kapan kedua anaknya lahir.

Keberadaan Mbah Sadikun menjadi perbincangan warga setelah beberapa hari terakhir pemilik akun Sulis Ibue April Putry memposting keadaan rumah dengan atap yang ambrol dan rumah reyot yang hampir ambruk milik Mbah Sadikun.

Mbah Sadikun yang tinggal di Desa Semol Kabupaten Magetan Jawa Timur mengaku jika atap rumah yang selama ini ditinggalinya ambrol setahun yang lalu karena reng penyangga genting rumahnya yang terbuat dari bambu sudah rapuh.

Baca juga: Viral WNA Naik Motor Masuk Tol, Polisi Duga karena Tidak Konsentrasi

 

Ambrolnya atap hampir separuh rumahnya yang berukuran 6X9 meter tersebut membuat hujan yang turun akan membuat seisi rumah basah kuyup. Apalagi sebagian besar pasak atap rumah yang terbuat dari bambu terlihat sudah merapuh disana sini.

“Ya khawatir kalau ambruk, tapi di sini rumah saya,” ujarnya dalam bahasa Jawa kental kepada Kompas.com, Rabu (23/01/2019).

Isi rumah Mbah Sadikun kebanyakan berisi pakaian miliknya yang berserakan mana. Sebuah dipan di tengah ruangan juga berisi pakaian dan beberapa karung gabah upah dari hasil kerjanya memanen padi di sawah milik tetangganya.

Karung gabah tersbeut dibungkus dengan sejumlah kain bekas pakaiannya agar tak terkena tampias hujan. “ Kalau musim panen ya ikut manen padi. Ada yang nyuruh membersihan rumah ya saya terima juga,” imbuhnya.

Baca juga: Kisah Wanita Lumpuh dari Desa Harus Ditandu 6 Kilometer demi Berobat di Kota

Sadikun sebenarnya masih mempunyai dua anak perempuan yang kesemuanya mengikuti suaminya. Sadikun mengaku sesekali masih mengunjungi kedua anaknya tersebut untuk bertemu dengan cucunya.

Terkait keadaan rumahnya yang memprihatinkan dia mengaku tidak ingin merepotkan kedua anaknya, karena suami kedua anaknya yang hanya berprofesi sebagai pembuat genting dan buruh pabrik juga kesulitan perekonomian.

“Kalau ketemu ya kadang sama sama nangis. Anak saya ingat saya yang hidup sendiri. Saya tidak mau diajak tinggal di sana kerena tidak mau merepotkan,” katanya.

Tidur di emperan

Tak ingin merepotkan orang lain, Mbah Sadikun nekat tinggal di rumahnya yang  memprihatinkan karena atapnya ambrol dan hampir ambruk. Mbah Sadikun sendiri tidur di emperan karena atap rumahnya ambrol. KOMPAS.com/SUKOCO Tak ingin merepotkan orang lain, Mbah Sadikun nekat tinggal di rumahnya yang memprihatinkan karena atapnya ambrol dan hampir ambruk. Mbah Sadikun sendiri tidur di emperan karena atap rumahnya ambrol.

Karena hampir setiap jengkal rumahnya basah saat hujan, Sadikun memilih tidur di emperan rumahnya yang relatif lebih aman dari tampias air.

Dengan papan bekas pintu yang diletakkan di teras untuk menahan air hujan dan plastik yang dibeber sebagai alas tidur, Sadikun tidak pernah mengeluhkan kondisi rumahnya.

Sadikun mengaku masih bersyukur karena memiliki kartu BPJS untuk berobat gratis dan kartu keluarga sejahtera untuk mendapatkan jatah beras.

Untuk mengisi hari harinya saat tidk ada sawah warga yang panen, selain membersihkan rumah tetangganya Sadikun menggambar perjalanan hidupnya pada media apa saja.

Gambar tokoh pewayangan yang digoreskan di bekas baliho caleg terlihat terpampang dihalaman rumahnya serta sejumlah goresan karyanya terlihat menempel di dinding bambu rumahnya yang mulai miring hendak rebah.

“Saya ikhlas menjalani hidup,“ ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com