Salin Artikel

Viral Kisah Mbah Sadikun: Bertahan di Rumah Reyot karena Tak Mau Menyusahkan

Bahkan dia masih ingat betul kapan dia lahir, tanggal pernikahan dia sampai kapan kedua anaknya lahir.

Keberadaan Mbah Sadikun menjadi perbincangan warga setelah beberapa hari terakhir pemilik akun Sulis Ibue April Putry memposting keadaan rumah dengan atap yang ambrol dan rumah reyot yang hampir ambruk milik Mbah Sadikun.

Mbah Sadikun yang tinggal di Desa Semol Kabupaten Magetan Jawa Timur mengaku jika atap rumah yang selama ini ditinggalinya ambrol setahun yang lalu karena reng penyangga genting rumahnya yang terbuat dari bambu sudah rapuh.

Ambrolnya atap hampir separuh rumahnya yang berukuran 6X9 meter tersebut membuat hujan yang turun akan membuat seisi rumah basah kuyup. Apalagi sebagian besar pasak atap rumah yang terbuat dari bambu terlihat sudah merapuh disana sini.

“Ya khawatir kalau ambruk, tapi di sini rumah saya,” ujarnya dalam bahasa Jawa kental kepada Kompas.com, Rabu (23/01/2019).

Isi rumah Mbah Sadikun kebanyakan berisi pakaian miliknya yang berserakan mana. Sebuah dipan di tengah ruangan juga berisi pakaian dan beberapa karung gabah upah dari hasil kerjanya memanen padi di sawah milik tetangganya.

Karung gabah tersbeut dibungkus dengan sejumlah kain bekas pakaiannya agar tak terkena tampias hujan. “ Kalau musim panen ya ikut manen padi. Ada yang nyuruh membersihan rumah ya saya terima juga,” imbuhnya.

Sadikun sebenarnya masih mempunyai dua anak perempuan yang kesemuanya mengikuti suaminya. Sadikun mengaku sesekali masih mengunjungi kedua anaknya tersebut untuk bertemu dengan cucunya.

Terkait keadaan rumahnya yang memprihatinkan dia mengaku tidak ingin merepotkan kedua anaknya, karena suami kedua anaknya yang hanya berprofesi sebagai pembuat genting dan buruh pabrik juga kesulitan perekonomian.

“Kalau ketemu ya kadang sama sama nangis. Anak saya ingat saya yang hidup sendiri. Saya tidak mau diajak tinggal di sana kerena tidak mau merepotkan,” katanya.

Karena hampir setiap jengkal rumahnya basah saat hujan, Sadikun memilih tidur di emperan rumahnya yang relatif lebih aman dari tampias air.

Dengan papan bekas pintu yang diletakkan di teras untuk menahan air hujan dan plastik yang dibeber sebagai alas tidur, Sadikun tidak pernah mengeluhkan kondisi rumahnya.

Sadikun mengaku masih bersyukur karena memiliki kartu BPJS untuk berobat gratis dan kartu keluarga sejahtera untuk mendapatkan jatah beras.

Untuk mengisi hari harinya saat tidk ada sawah warga yang panen, selain membersihkan rumah tetangganya Sadikun menggambar perjalanan hidupnya pada media apa saja.

Gambar tokoh pewayangan yang digoreskan di bekas baliho caleg terlihat terpampang dihalaman rumahnya serta sejumlah goresan karyanya terlihat menempel di dinding bambu rumahnya yang mulai miring hendak rebah.

“Saya ikhlas menjalani hidup,“ ujarnya.

https://regional.kompas.com/read/2019/01/24/06123611/viral-kisah-mbah-sadikun-bertahan-di-rumah-reyot-karena-tak-mau-menyusahkan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke