Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Balik Kisah Guru Ilyas di Lereng Gunung Ijen, Menembus Hutan dan Sungai hingga Dimarahi Orangtua Murid

Kompas.com - 18/12/2018, 18:46 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Khairina

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilyas Fabian (36) tidak menyangka perjuangannya setiap hari berangkat ke SDN 3 Kluncing berbuah penghargaan. Sekolah yang terletak di lereng Gunung Ijen itu memang memiliki jalan yang tak mudah untuk dilalui.  

Namun, Ilyas mampu mengalahkan jalan sulit itu. Kecintaanya terhadap profesi guru dan harapan akan pendidikan membawa perubahan bagi anak didiknya, menjadi penyemangat baginya.  

Ilyas akhirnya dikukuhkan menjadi pemenang dalam kategori guru SD dengan akses tersulit di ajang Education Awards Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi pada Senin (17/12/2018).

Berikut ini sejumlah cerita di balik perjuangan Ilyas saat mengajar di SDN 3 Kluncing:

1. Ilyas tidak menyangka mendapat penghargaan

Ilustrasi hutan.THINKSTOCKPHOTOS Ilustrasi hutan.

"Saya tidak menyangka menjadi pemenang. Padahal banyak juga kawan-kawan pendidik yang mengalami hal yang sama dengan saya," kata pria kelahiran Banyuwangi 14 November 1982 saat memberikan sambutan di di aula Hotel Ketapang Indah Banyuwangi.

Ilyas pun menceritakan dirinya sudah menjadi guru honorer sejak tahun 2004 lalu di SDN 3 Kluncing. Dia kemudian diangkat sebagai PNS pada tahun 2013 di sekolah yang sama hingga saat ini.

Ilyas mengatakan, jalan menuju SDN 3 Kluncing memang penuh tantangan. Ilyas harus berjibaku melewati jalan tanah berbatu, sungai kecil dan pinggir jurang. Jalan sulit tersebut harus ditempuh sepanjang 6 kilometer untuk bertemu dengan para anak didiknya.

Baca Juga: Lewati Medan Sulit untuk Mengajar, llyas Diganjar Penghargaan

2. Jalan terjal dan licin tak surutkan semangat Ilyas

Ilustrasi sepeda motor saat musim hujanwww.dolmanlaw.com Ilustrasi sepeda motor saat musim hujan

SDN 03 Kluncing berada di bawah kaki Gunung Ijen. Saat musim hujan tiba, Ilyas harus ekstra hari-hati karena beberapa jalan masih berupa tanah dan berbatu.

"Bahkan kalau hujan sering kali tergelincir. Setang motor yang awalnya mengarah ke barat bisa mutar pindah ke timur. Itu sudah sering saya alami," kata Ilyas.

Sudah tidak terhitung Ilyas mengalami ban bocor atau pecah ban di tengah jalan. Dia juga harus sering mengganti rem dan ban motor.

"Kalau sudah bocor atau pecah ban biasanya saya nunggu nunutan wali murid yang ngantar anaknya ke atas, ke sekolah. Kalau pulangnya ya gampang bisa ikut teman-teman sesama guru," kata Ilyas.

Baca Juga: Guru di Tempat Terpencil Sukabumi, Pengabdian Tak Berbatas

3. Melewati pinggir jurang dan menembus hutan

Ilustrasi hutanAlfian Kartono Ilustrasi hutan

Selain itu, dia juga harus melewati jalan di pinggir hutan dan melintasi sungai kecil agar sampai ke sekolah.

"Tapi alhamdulillah sudah ada jembatannya walaupun kecil dan cukup satu motor. Dan sejak tahun 2017 lalu sudah ada sebagian jalan yang dipaving. Tapi ya tetap ada jalur ekstrim yang dilewati setiap hari lewat pinggir hutan dan di bawah tebing," jelasnya sambil tersenyum.

Bahkan, saat tidak ada motor karena digunakan oleh keluarganya, Ilyas memilih untuk berjalan kaki dan menempuh jarak 12 kilometer pulang pergi menuju rumahnya.

Ilyas mengaku, rasa cinta kepada anak didiknya dan profesi guru adalah menjadi modal utama. Lokasi sekolah yang terpencil seakan tidak menjadi halangan baginya untuk berangkat mengajar.

Ilyas selalu terngiang tentang nasib anak-anak didiknya bila tak mendapat pendidikan yang layak.

Baca Juga: Kisah Zainal Abidin, Guru Honorer Menyambi Pengemudi Ojek "Online"

4. Ingin membuat perubahan melalui pendidikan

Ilustrasi siswa SD. . Siswa SD Negeri 002 Peso, Bulungan yang terletak di pedalaman, melakukan kegiatan membaca di luar jam pembelajaran. Kabupaten Bulungan menjadi daerah pertama di Indonesia yang memasukan suplai buku bacaan anak kedalam komponen BOSDA. Dok Disdikbud Bulungan Ilustrasi siswa SD. . Siswa SD Negeri 002 Peso, Bulungan yang terletak di pedalaman, melakukan kegiatan membaca di luar jam pembelajaran. Kabupaten Bulungan menjadi daerah pertama di Indonesia yang memasukan suplai buku bacaan anak kedalam komponen BOSDA.

Saat ini jumlah siswa di SDN 3 Kluncing hanya 45 siswa mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Sebagian besar muridnya adalah warga Pesucen. Sedangkan pegawainya sebanyak 9 orang, termasuk 2 guru PNS dan penjaga sekolah.

"Apapun yang terjadi saya tetap akan berangkat sekolah. Anak-anak sudah semangat belajar kalau gurunya nggak datang karena alasan jalannya jelek, gimana nanti nasib mereka. Saya enggak tega. Mereka punya hak pendidikan yang sama dengan anak yang tinggal di kota," kata Ilyas.

Belum lagi kondisi masyarakat di wilayah dusun tersebut yang masih terbelakang, membuat Ilyas semakin semangat untuk membuat perubahan.

Salah satu pengalaman Ilyas adalah ketika orangtua murid protes tentang nilai anak mereka. Orangtua tersebut biasanya akan langsung masuk ke kelas dan marah-marah. Ilyas pun biasanya mengajak mereka untuk berdiskusi di ruang guru.

Baca Juga: Pengabdian Madang, Sang Guru SD di Pedalaman Mahakam Hulu

5. Bangga banyak siswanya melanjutkan ke SMP

Ilustrasi lulusan perguruan tinggi susah cari kerja dan menjadi pengangguran ketika lulusThinkstock Ilustrasi lulusan perguruan tinggi susah cari kerja dan menjadi pengangguran ketika lulus

"Saya memahami kondisinya karena sebagian besar wali murid adalah buruh tani dan dulu mereka banyak yang tidak menyelesaikan sekolah. Tapi alhamdulillah, sejak 10 tahun terakhir ini semua lulusan SD 3 Kluncing 100 persen melanjutkan sekolah ke SMP," kata Ilyas.

"Saya bilang ke anak murid yang penting niat untuk belajar jangan putus. Mau tinggal di desa pun mereka punya kesempatan yang sama untuk jadi orang sukses," tambah Ilyas.

Ilyas berharap, setelah murid-muridnya mampu belajar hingga jenjang lebih tinggi, akan membantu perkembangan keluarga dan desa mereka.

Sementara itu, panitia memberikan penghargaan kepada sekolah dan pendidik dalam 23 kategori.

"Ada 23 kategori dan ini kami berikan kepada sekolah dan juga pendidik sebagai bentuk apresiasi. Diharapkan para pemenang bisa menjadi inspirasi bagi para pendidik yang ada di Banyuwangi untuk meningkatkan kualitasnya," jelas Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Sulihtiyono.

Baca Juga: Pengabdian "Guru" Aboe Si Tukang Becak

Sumber: KOMPAS.com (Ira Rachmawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com