Salin Artikel

Di Balik Kisah Guru Ilyas di Lereng Gunung Ijen, Menembus Hutan dan Sungai hingga Dimarahi Orangtua Murid

KOMPAS.com - Ilyas Fabian (36) tidak menyangka perjuangannya setiap hari berangkat ke SDN 3 Kluncing berbuah penghargaan. Sekolah yang terletak di lereng Gunung Ijen itu memang memiliki jalan yang tak mudah untuk dilalui.  

Namun, Ilyas mampu mengalahkan jalan sulit itu. Kecintaanya terhadap profesi guru dan harapan akan pendidikan membawa perubahan bagi anak didiknya, menjadi penyemangat baginya.  

Ilyas akhirnya dikukuhkan menjadi pemenang dalam kategori guru SD dengan akses tersulit di ajang Education Awards Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi pada Senin (17/12/2018).

Berikut ini sejumlah cerita di balik perjuangan Ilyas saat mengajar di SDN 3 Kluncing:

"Saya tidak menyangka menjadi pemenang. Padahal banyak juga kawan-kawan pendidik yang mengalami hal yang sama dengan saya," kata pria kelahiran Banyuwangi 14 November 1982 saat memberikan sambutan di di aula Hotel Ketapang Indah Banyuwangi.

Ilyas pun menceritakan dirinya sudah menjadi guru honorer sejak tahun 2004 lalu di SDN 3 Kluncing. Dia kemudian diangkat sebagai PNS pada tahun 2013 di sekolah yang sama hingga saat ini.

Ilyas mengatakan, jalan menuju SDN 3 Kluncing memang penuh tantangan. Ilyas harus berjibaku melewati jalan tanah berbatu, sungai kecil dan pinggir jurang. Jalan sulit tersebut harus ditempuh sepanjang 6 kilometer untuk bertemu dengan para anak didiknya.

SDN 03 Kluncing berada di bawah kaki Gunung Ijen. Saat musim hujan tiba, Ilyas harus ekstra hari-hati karena beberapa jalan masih berupa tanah dan berbatu.

"Bahkan kalau hujan sering kali tergelincir. Setang motor yang awalnya mengarah ke barat bisa mutar pindah ke timur. Itu sudah sering saya alami," kata Ilyas.

Sudah tidak terhitung Ilyas mengalami ban bocor atau pecah ban di tengah jalan. Dia juga harus sering mengganti rem dan ban motor.

"Kalau sudah bocor atau pecah ban biasanya saya nunggu nunutan wali murid yang ngantar anaknya ke atas, ke sekolah. Kalau pulangnya ya gampang bisa ikut teman-teman sesama guru," kata Ilyas.

Selain itu, dia juga harus melewati jalan di pinggir hutan dan melintasi sungai kecil agar sampai ke sekolah.

"Tapi alhamdulillah sudah ada jembatannya walaupun kecil dan cukup satu motor. Dan sejak tahun 2017 lalu sudah ada sebagian jalan yang dipaving. Tapi ya tetap ada jalur ekstrim yang dilewati setiap hari lewat pinggir hutan dan di bawah tebing," jelasnya sambil tersenyum.

Bahkan, saat tidak ada motor karena digunakan oleh keluarganya, Ilyas memilih untuk berjalan kaki dan menempuh jarak 12 kilometer pulang pergi menuju rumahnya.

Ilyas mengaku, rasa cinta kepada anak didiknya dan profesi guru adalah menjadi modal utama. Lokasi sekolah yang terpencil seakan tidak menjadi halangan baginya untuk berangkat mengajar.

Ilyas selalu terngiang tentang nasib anak-anak didiknya bila tak mendapat pendidikan yang layak.

Saat ini jumlah siswa di SDN 3 Kluncing hanya 45 siswa mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. Sebagian besar muridnya adalah warga Pesucen. Sedangkan pegawainya sebanyak 9 orang, termasuk 2 guru PNS dan penjaga sekolah.

"Apapun yang terjadi saya tetap akan berangkat sekolah. Anak-anak sudah semangat belajar kalau gurunya nggak datang karena alasan jalannya jelek, gimana nanti nasib mereka. Saya enggak tega. Mereka punya hak pendidikan yang sama dengan anak yang tinggal di kota," kata Ilyas.

Belum lagi kondisi masyarakat di wilayah dusun tersebut yang masih terbelakang, membuat Ilyas semakin semangat untuk membuat perubahan.

Salah satu pengalaman Ilyas adalah ketika orangtua murid protes tentang nilai anak mereka. Orangtua tersebut biasanya akan langsung masuk ke kelas dan marah-marah. Ilyas pun biasanya mengajak mereka untuk berdiskusi di ruang guru.

"Saya memahami kondisinya karena sebagian besar wali murid adalah buruh tani dan dulu mereka banyak yang tidak menyelesaikan sekolah. Tapi alhamdulillah, sejak 10 tahun terakhir ini semua lulusan SD 3 Kluncing 100 persen melanjutkan sekolah ke SMP," kata Ilyas.

"Saya bilang ke anak murid yang penting niat untuk belajar jangan putus. Mau tinggal di desa pun mereka punya kesempatan yang sama untuk jadi orang sukses," tambah Ilyas.

Ilyas berharap, setelah murid-muridnya mampu belajar hingga jenjang lebih tinggi, akan membantu perkembangan keluarga dan desa mereka.

Sementara itu, panitia memberikan penghargaan kepada sekolah dan pendidik dalam 23 kategori.

"Ada 23 kategori dan ini kami berikan kepada sekolah dan juga pendidik sebagai bentuk apresiasi. Diharapkan para pemenang bisa menjadi inspirasi bagi para pendidik yang ada di Banyuwangi untuk meningkatkan kualitasnya," jelas Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Sulihtiyono.

Sumber: KOMPAS.com (Ira Rachmawati)

https://regional.kompas.com/read/2018/12/18/18465641/di-balik-kisah-guru-ilyas-di-lereng-gunung-ijen-menembus-hutan-dan-sungai

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke