Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debat "Head to Head" Dihapus, Ridwan Kamil Bilang "Seperti Cerdas Cermat"

Kompas.com - 22/06/2018, 14:47 WIB
Dendi Ramdhani,
Caroline Damanik

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Kandidat Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil tak setuju dengan keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar yang menghapuskan debat langsung antarpasangan calon (head to head) dalam debat terakhir Pilkada Jabar, Jumat (22/6/2018) malam.

Pria yang akrab disapa Emil itu menilai, dihapusnya debat langsung akan mengurangi esensi dari debat publik.

"Sebetulnya kurang sreg kalau tidak ada debat langsung one on one, itu seperti cerdas cermat," ucap Emil saat ditemui di Jalan Dr. Slamet, Bandung, Jumat pagi.

Baca juga: Heboh Kabar Bakal Dukung Jokowi di 2019, Ini Jawaban Ridwan Kamil

Emil mengatakan, debat langsung seharusnya bisa menjadi cara dalam beradu gagasan dari tiap pasangan calon.

"Padahal namanya debat mengargumentasikan yang kita yakini dan membongkar argumentasi dari lawan. Menurut saya terlalu banyak ketakutan," tuturnya.

Meski demikian, ia tetap siap menghadapi debat malam nanti.

"Tapi kalau aturannya seperti itu gak masalah. Pasangan Rindu mah taat aturan," ungkapnya.

Seperti diketahui, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat mengubah format debat ketiga Pilkada Jabar yang akan digelar di Grand Ballroom Sudirman, Bandung, Jumat (22/6/2018) malam.

Perubahan itu salah satunya menghilangkan debat antar pasangan calon (head to head) serta membatasi jumlah pendukung.

Komisioner KPU Jabar Bidang Sosialisasi dan Partisipasi Pemilih, Nina Yuningsih menjelaskan hilangnya debat antar pasangan calon merupakan hasil kajian KPU bersama Bawaslu, Kepolisian, TNI, dan tim kampanye.

Berkaca pada debat kedua lalu, proses debat antar paslon cenderung kontraproduktif dan banyak menyerang sisi personal serta kebijakan masa lalu.

"Karena dengan pertimbangan, masukan, beberapa pihak Bawaslu, Polda, tim kampanye, berkaca pengalaman yang lalu kadang menyerang personal. Itu bukan mengeksplor ide dan gagasan tetapi malah menyerang personal dan kebijakan di masa lalu. Format seperti itu justru menjadi kontraproduktif pada akhirnya," tutur Nina.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com