Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengeboran Minyak yang Meledak di Aceh Timur Sudah Jadi Mata Pencarian Ribuan Warga

Kompas.com - 26/04/2018, 07:44 WIB
Raja Umar,
Erwin Hutapea

Tim Redaksi

BANDA ACEH, KOMPAS.com - Usaha pengeboran minyak secara tradisional di Kecamatan Rantau Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, marak dilakukan dalam beberapa tahun terakhir.

Ribuan kepala keluarga selama ini sudah menggantungkan mata pencarian utama dari pengeboran minyak itu.

Pengeboran minyak secara tradisional di Aceh Timur beberapa tahun terakhir ini marak dilakukan warga, bahkan ribuan kepala keluarga dari berbagai usia setiap hari bekerja mengebor minyak secara tradisional,” kata Iskandar Usman Alfaraki, anggota DPR Aceh asal Desa Pasie Putih, Kecamatan Rantau Peureulak, Aceh Timur, Rabu (25/4/2018).

Menurut Iskandar, lokasi kebakaran sumur minyak yang berada di kawasan permukiman rumah penduduk Desa Pasie Putih itu merupakan lokasi pengeboran baru yang berada di jalur minyak bekas telaga peninggalan Belanda.

“Lokasi pengeboran minyak tradisional ini di jalur telaga peninggalan Belanda, dan itu merupakan lokasi baru, dan itu kampung kelahiran saya,” sebut Iskandar.

Baca juga: Sumur Minyak di Aceh Timur Meledak, 10 Orang Tewas

Selain Gampong Pasie Putih, lokasi pengeboran minyak tradisional juga tersebar di sejumlah desa lain di Kecamatan Rantau Peureulak yang berada di jalur minyak peninggalan Belanda, meliputi Gampong Bom, Seuneubok Dalam, Pulau Blang, dan Mata Ie.

“Lokasi pengeborannya ada yang di permukiman penduduk, perbukitan, dan ada juga di kebun, karena pengeboran itu dilakukan di mana yang ada sumber minyak,” jelasnya.

Cara pengeboran minyak secara tradisional yang selama ini dilakukan warga dengan cara menggunakan alat rakitan disebut rek.

Kemudian menggunakan pipa dan dilapisi kondom hampir sama seperti melakukan pengeboran sumur bor air bersih.

“Mereka melakukan pengeboran menggunakan alat rakitan, pipa minimal 50 batang hingga mengeluarkan minyak,” kata Iskandar.

Untuk satu lokasi pengeboran, setiap hari warga dapat memperoleh minyak mentah mulai dari 5 hingga 20 drum besar.

Kemudian minyak hasil pengeboran itu kembali dipasarkan kepada perusahaan pengolah aspal (AMP) baik yang ada di Aceh Timur maupun ke Langkat, Sumatera Utara, senilai Rp 600.000 per drum.

“Selama ini minyak mentah hasil pengeboran warga dijual Rp 600.000 kepada perusahaan pengolahan aspal (AMP) baik yang ada di Aceh Timur maupun ke Langkat, Sumatera Utara. Hasil penjualan itu kemudian mereka bagi sesuai dengan bagian, untuk pemilik lahan, pekerja, serta pemilik modal dan alat,” jelasnya.

Baca juga: Korban Meninggal akibat Ledakan Sumur Minyak Jadi 18 Orang dan 41 Lainnya Luka Parah

Iskandar Usman Alfaraki, anggota DPR Aceh asal kelahiran Desa Pasie Putih, Kecamatan Rantau Peureulak, Aceh Timur, Rabu (25/4/2018).KOMPAS.com/RAJA UMAR Iskandar Usman Alfaraki, anggota DPR Aceh asal kelahiran Desa Pasie Putih, Kecamatan Rantau Peureulak, Aceh Timur, Rabu (25/4/2018).

Kebakaran di luar dugaan

Iskandar mengaku peristiwa kebakaran hebat yang terjadi di lokasi sumur minyak di Gampong Pasie Putih, Kecamatan Rantau Peureulak, hingga mengakibatkan 18 orang meninggal dunia, 41 lainnya luka parah, dan 5 unit rumah hangus di luar dugaan semua pihak.

Sebab, sebelum terjadi kebakaran, lokasi pengeboran tiba-tiba mengeluarkan minyak hingga setinggi pohon kelapa yang menarik perhatian warga sekitar untuk datang menyaksikan dan mengambil minyak dengan menggunak jeriken ke lokasi.

“Sebelum meledak dan terbakar, banyak warga datang. Ada yang mengambil minyak dan ada yang nonton, karena tempat penampungan yang disediakan pekerja sudah penuh. Minyak sudah mengalir ke mana-mana, kemudian terjadi ledakan dan mengeluarkan api sehingga banyak warga yang terbakar di lokasi,” ungkapnya.

Kepada Gubernur Aceh, Iskandar selaku anggota DPRA asal Kabupaten Aceh Timur meminta segera membuat regulasi pengambilan dan pengawasan terhadap usaha pengeboran minyak tradisional yang sudah menjadi mata pencarian utama ribuan warga di Aceh Timur.

Dengan demikian, peristiwa yang sama tidak kembali terjadi di kemudian hari.

“Kami minta Gubernur Aceh untuk segera membuat regulasi terhadap pengeboran minyak tradisional. Karena kalau lokasi ditutup, sudah pasti ribuan kepala keluarga kehilangan mata pencarian. Selama ini dengan adanya usaha pengeboran minyak tradisonal, angka kriminal di Aceh Timur menurun. Ini yang harus menjadi perhatian pemerintah,” tutur Iskandar.

Baca juga: Soal Sumur Minyak Ilegal, Gubernur Aceh Mengaku Dilema

Kompas TV Puluhan korban luka kebakaran sumur minyak ilegal di Aceh Timur masih dirawat intensif di sejumlah rumah sakit. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com