Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tumbuhkan Toleransi Lewat Dinding Perdamaian

Kompas.com - 20/04/2018, 12:41 WIB
Agie Permadi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com - Di bawah langit pagi yang cerah, tampak para siswa lengkap dengan seragam sekolah dasar (SD) berbaris rapih di sebuah lapang. Ttepatnya di depan aula RW 05, Jalan lio Genteng, Nyengseret, Astana Anyar, Kota Bandung.

Para Siswa ini tengah upacara memperingati 63 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) yang jatuh 18 April. Ada yang unik dalam upacara tersebut.

Selain membacakan sejarah KAA dan mendengarkan lagu mars KAA. Para siswa berbaris menghadap sebuah tembok yang ditutup kain berwarna hijau. Perlahan, kain itu jatuh dan membuka apa yang ada di baliknya.

Sambil menghormat, para siswa itu pun menjadi saksi peresmian peace of wall atau dinding perdamaian yang bertempat di Sekolah Ra'jat (baca:rakyat) (SR) Iboe Inggit Garnasih atau SR Inggit Garnasih.

(Baca juga : Ini Rangkaian Acara Peringatan KAA di Bandung)

Pada Dinding Perdamaian itu terdapat 109 gambar lukisan bendera negara yang masuk dalam Konferensi Asia Afrika, Ocenia, dan Australia.

Gotong Royong

Lukisan mural ini merupakan inisiatif dari SR Inggit Garnasih. Anak-anak asuh hingga pemuda di lokasi tersebut bergotong royong membuatnya.

"‎‎Pengecetannya dilakukan anak-anak serta pemuda sini (Jalan Lio Genteng)," kata Koordinator SR Inggit Garnasih, Gatot Gunawan, Rabu (18/4/2018).

Butuh 4 hari untuk membuatnya. Suka duka saat pengerjaan menjadi santapan bergizi di kala berkumpul, atau sekadar menikmati secangkir kopi bersama setelah upacara peringatan KAA selesai dilaksanakan.

Menurut Gatot, ada makna di balik rentetan ratusan gambar bendera serta lukisan mural pada dinding tersebut. Yakni nilai solidaritas, kesetiakawanan antar negara, dan masyarakat beragam suku, agama, ‎ras, sekaligus media untuk pembelajaran siswa.

"Peringatan KAA ini momentum untuk menjaga itu, dengan nilai gotong royong, menghargai perbedaan itu bukan malah mempertentangkannya," tuturnya.

(Baca juga : Peringatan KAA di Istana, Penandatanganan Deklarasi hingga Meninjau Foto Bersejarah)

Dinding perdamaian ini sudah direncanakan SR Inggit Ganarsih sebulan menjelang peringatan KAA.

Dengan dana seadanya dari patungan, para pemuda di wilayah tersebut berupaya merayakan peringatan KAA ke-63. Pelaksanaan yang sederhana tanpa menghilangkan makna sejarah KAA.

"Banyak pesan yang ingin disampaikan terutama kepada masyarakat sekitar. Bagaimana caranya di momen KAA ini‎ masyarakat bisa tetap bekerjasama. Ya salah satunya dengan ngecat tembok SR ini dengan melibatkan anak-anak, pemuda, dan para orangtuanya," ungkap Gatot.

Perdamaian

Peringatan tersebut diisi berbagai hal. Mulai dari pembacaan sejarah KAA oleh Gatot. Ia membacakannya di depan para siswa siswi SR Iboe Inggit Ganarsih dan SD 249 Astana Anyar dalam Upacara Peringata KAA.

Kemudian, mereka melepas burung merpati. Merpati sengaja dipilih karena burung tersebut merupakan simbol perdamaian.

Perdamaian ini pula yang menjadi semangat SR Inggit Garnasih dalam peringatan KAA. Semangat itu pun tak lepas dari upaya untuk mengikis isu-isu ekstrimis yang muncul dan isu lainnya yang mengancam persatuan dan kesatuan negara.

‎"Melalui momentum KAA ini, menjadi kesempatan emas supaya nilai toleransi itu menjadi kuat," jelasnya.

‎Apabila ditilik dari sejarahnya, banyak yang telah dihasilkan KAA. Salah satunya kerja sama ekonomi, kebudayaan antar negara, menentang imperialisme, dan usulan serta penyelesaian masalah-masalah lainnya.

SR Iboe Inggit Ganarsih

‎SR Iboe Inggit Ganarsih lahir dari keresahan Gatot dan rekannya Sandi yang melihat kondisi lingkungan yang penuh konflik dan kesehatan sosial masyarakat yang mulai terganggu.

Lahir 17 Maret 2017, SR Iboe Inggit Ganarsih hendak meracuni masyarakat dengan ‎virus-virus positif untuk kehidupan dan mental spirit masyarakat yang lebih baik.

Gerakan ini menyasar anak-anak sebagai agen perubahan. Melalui berbagai kegiatan, Gatot berharap dapat menumbuhkan mental dan spirit yang kuat pada karakter anak di masa depan.

"Kegiatan di SR Iboe Inggit Ganarsih lebih pada pendalaman dan pengenalan sejarah. Main ke museum, makam-makam tokoh, dan lainnya. Anak-anak bisa belajar sejarah dari sana. ‎Belajar sejarah melalui berbagai cara termasuk seni budaya," jelas Gatot.

Sejarah sendiri dipilih menjadi materi pembelajaran yang dapat menumbuhkan mental yang kuat. Pasalnya, dari sejarahlah anak bisa belajar sesuatu yang positif dan negatif.

"Terutama mental dan pendalaman karakter. Mental dan spirit ditanamkan buat mereka ke depan, dengan mengambil contoh dari masa silam," pungkasnya.

Kompas TV Peringatan ke-62 KAA di Bandung
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com