Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awalnya Tak Dilirik, Kampung Joho Kini Diburu Para Pelancong

Kompas.com - 02/03/2018, 12:39 WIB
Labib Zamani,
Reni Susanti

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Joho adalah nama kampung di Kelurahan Manahan, Kecamatan Banjarsari, Solo, Jawa Tengah. Kampung ini hanya dihuni 70 kepala keluarga (KK). Sedikitnya jumlah penduduk, membuat kampung ini kurang begitu dikenal masyarakat.

Justru masyarakat lebih mengenal kampung yang bersebelahan dengan Joho. Seperti Kampung Kerten, Gremet, dan Kampung Joho yang ada di Kabupaten Sukoharjo. Padahal, Solo sendiri memiliki kampung bernama Joho.

Warga Joho, tepatnya RT 007, RW 10 membuat gagasan agar Joho bisa dikenal masyarakat luas. Gagasan itu muncul tahun 2009. Seorang warga bernama Marjanto (70), membuat karya berupa mural dan relief.

Mural dan relief ini dia buat dari tembok ke tembok bangunan rumah warga tepatnya di gang masuk kampung. Berbekal keahlian melukis, Marjanto membuat mural Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang saat itu menjabat Wali Kota Surakarta.

(Baca juga : Berawal dari Iseng, Kampung Warna-warni di Bogor Kini Menginspirasi )

Jokowi dalam mural itu memakai beskap dan blangkon di kepala. Di samping Jokowi ada mural tokoh pewayangan Raja Amarta, Prabu Puntadewa dan tulisan "Solo Spirit of Java" serta "Jokowi Spirit of Indonesia".

Murjanto mengaku, mural Jokowi ini memiliki makna kalau di Indonesia ada 10 Jokowi itu menuju sejahtera.

Sedang Prabu Puntadewa merupakan sosok pemimpin sederhana, bijaksana, merakyat, dan pemerintahan yang baik. Sehingga Kerajaan Amarta sejahtera selama dipimpin Raja Puntadewa.

"Mural Pak Jokowi itu saya buat tahun 2009 masih menjadi wali kota. Eh, tahunya sekarang menjadi kepala negara," kata Marjanto, sesepuh Kampung Joho saat ditemui Kompas.com di Solo, Jawa Tengah, Kamis (1/3/2018).

Warga keluar dari gang Kampung Joho di Solo, Jawa Tengah, Kamis (1/3/1018).KOMPAS.com/Labib Zamani Warga keluar dari gang Kampung Joho di Solo, Jawa Tengah, Kamis (1/3/1018).
Pertama kali membuat mural ini, Marjanto sempat dilarang warga setempat. Namun tanpa lelah ia memberikan pemahaman kepada warga tentang tujuan membuat mural itu. Ia pun bersikukuh mengenalkan Kampung Joho kepada masyarakat luas.

Akhirnya warga Joho memahami pemikiran Marjanto dan mendukung pembuatan mural di samping kanan kiri tembok bangunan rumah milik warga. Berbagai mural ada di Kampung Joho.

Mulai mural tokoh nasional, suporter sepak bola, tokoh pewayangan, edukasi, dan bahkan mural mantan Presiden Indonesia pertama, Soekarno hingga Jokowi semua terlukis di tembok bangunan warga Kampung Joho.

Pembuatan lukisan mural tersebut turut melibatkan gagasan pemuda kampung tersebut.

Di gang masuk kampung tersebut juga terdapat tulisan nama usaha warga Joho mulai kuliner, bisnis rumah sewa (kos), hingga jasa. Seperti bakso, soto, sate, bakmi, mie ayam, mebel, pelukis, seni tari dan sebagainya. Semua itu tergabung dalam tema besar.

"Yuk Jelajahi Kampung Joho RT 7," tuturnya.

"Mural-mural ini kita buat dengan tujuan untuk mengedukasi warga dan pengunjung. Dari sisi kesehatan, pendidikan, sosial, dan keterampilan. Supaya warga yang melihat lukisan mural ini terinspirasi punya cita-cita," jelas dia.

Warga berfoto di depan relief topeng hepi di Kampung Joho, Solo, Jawa Tengah, Kamis (1/3/2018).KOMPAS.com/Labib Zamani Warga berfoto di depan relief topeng hepi di Kampung Joho, Solo, Jawa Tengah, Kamis (1/3/2018).
Seiring perkembangan, pada tahun 2015, Marjanto bersama warga Joho membuat kebun organik dan memanfaatkan botol bekas minuman sebagai pot bunga. Botol bekas itu mereka beri tanah sebagai media tanam.

Botol yang telah diberi tanah dan tanaman, mereka gantungkan di tembok sepanjang jalan kampung, hingga membuat kampung terlihat asri dan hidup. Kini Joho pun mulai dikenal masyarakat.

Mereka sebagian besar dari luar Solo. Selain dapat menikmati pemandangan mural di tembok bangunan sepanjang kampung, kata Marjanto, pengunjung dapat berswafoto (selfie) di mural sesuai yang mereka inginkan. Joho kini menjadi salah satu destinasi dan rujukan kampung wisata di Solo.

Penggiat kampung wisata Joho, Yunus Ariseno (47) mengaku pernah dipanggil Dinas Pariwisata Jawa Tengah dan staf ahli Menteri Pariwisata saat diberkunjung ke Solo.

Dalam pembicaraan itu, Joho diproyeksikan menjadi kampung wisata. Sementara mural dan relief tersebut sebagai pendukung untuk menuju kampung wisata.

"Semua ini kita kerjakan secara swadaya dan gotong royong. Supaya rasa memiliki kampung ini lebih kuat. Karena kalau disubsidi dari pemerintah rata-rata enggak jadi," jelas dia.

Penggiat kampung Joho, Yunus Ariseno menunjuk mural suporter Persis Solo di balik anyaman bambu di gang masuk kampung Joho di Solo, Jawa Tengah.KOMPAS.com/Labib Zamani Penggiat kampung Joho, Yunus Ariseno menunjuk mural suporter Persis Solo di balik anyaman bambu di gang masuk kampung Joho di Solo, Jawa Tengah.
Dia menambahkan, lukisan mural, relief, dan tanaman gantung itu sebagai penunjang menuju kampung wisata.

Yunus menambahkan, di Kampung Joho, setiap akhir pekan memiliki kegiatan untuk anak-anak bermain permainan tradisional. Setiap Sabtu-Minggu mulai pukul 15.00 - 17.30 WIB jalan masuk kampung ditutup.

Penutupan akses masuk kampung dilakukan untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak kampung meninggalkan gadget. Mereka diajak untuk mengenal kembali permainan tradisional tempo dulu. Seperti lompat tali, dakon, jilungan dan permainan tradisional lainnya.

"Tujuannya untuk melestarikan dan nguri-uri permainan tradisional yang sudah mulai ditinggalkan. Anak-anak ini kita beri ruang untuk mengingat kembali permainan itu," jelas dia.

Kompas TV Di Kota Bandung kini ada sebuah kampung dengan bentuk cat warna warni, yang dinamakan Kampung Cibunut berwarna.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com