MAMASA, KOMPAS.com — Setahun terakhir, pemandangan di SD Inpres Pedongga, Dusun Nakula, Desa Martasari, Kecamatan Pedongga, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, terlihat berbeda.
Anak-anak memilih bermain di luar kelas. Kalaupun di dalam kelas, mereka memilih bermain, berlarian, dan mengobrol selama kegiatan belajar-mengajar (KBM).
“Main-main saja di luar ruangan atau di belakang sekolah karena tidak ada guru," ujar Ice, siswi SD Inpres Pedongga, belum lama ini.
Ya, setahun ini SD Inpres Pedongga kekurangan guru. Akibatnya, 103 siswa di sekolah tersebut telantar dan memilih bermain di luar kelas saat KBM.
(Baca juga: Kisah Pak Guru Budi dan Cermin Fondasi Pendidikan yang Rapuh)
Para siswa yang bosan menunggu guru mengisi waktu dengan bermain bola, duduk santai di teras sekolah, atau bermain apa saja sampai jam sekolah berakhir. Tak jarang, mereka memanjat pohon di belakang sekolah untuk menghindari kejenuhan di kelas.
Kondisi ini sudah berlangsung setahun. Parahnya, di lima bulan terakhir, dari lima guru, hanya tiga yang mengajar. Seorang guru sudah jarang mengajar karena sakit-sakitan, sedangkan satunya lagi menunggu SK mutasi.
(Baca juga: Kisah Pilu di Sekolah Perbatasan Nunukan, 1 Guru untuk 1 Sekolah )
“Jumlah guru yang aktif hanya tiga dari lima orang. Satu sakit-sakitan, satunya tidak aktif lagi mengajar karena menunggu surat SK mutasi,” kata Ma'sum.
Kekurangan guru ini sudah disampaikan ke dinas setempat. Namun, hingga kini belum ada solusi walaupun Dinas Pendidikan berjanji menambah guru.