Sehari-hari, Tasmuni hanya beraktivitas di sekitar rumahnya. Ia membuat tali bambu untuk mengikat sayuran. Upah yang diperoleh dari pekerjaan itu paling banyak Rp 10.000 per hari. Jika bosan, ia pergi memancing di sungai dekat rumahnya.
"Kalau lagi kumat ya sakit banget, linu. Pernah 4 bulan cuma di kasur saja. Kadang ya bosan, capek, tapi gimana lagi cuma pasrah," ungkapnya.
Sementara itu, Misati, bapak kandung Tasmuni kepada Kompas.com mengaku sudah tidak tahu lagi harus mengobati anaknya kemana.
Bukan hanya secara medis, Tasmuni sudah beberapa kali mendapatkan pengobatan alternatif. Tapi sampai anaknya hampir berusia 30 tahun, belum ada tanda-tanda sembuh.
"Sekarang tinggal pasrah saja. Paling ya kalo luka dibersihkan. Mau berobat kemana lagi. Sudah kemana-mana ya tetap nggak sembuh," tuturnya.
"Untuk uang juga nggak punya, buat kehidupan sehari-hari saja susah. Maunya sih liat anak sama kayak yang lain, tapi sekarang yang penting dia sehat. Sudah cukup," pungkas Misati yang sehari-hari bekerja sebagai buruh.