Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lahan Akan Dibangun Kantor Desa, Sebuah SLB Terancam Digusur

Kompas.com - 22/11/2017, 09:47 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Kompas TV Walau memiliki kekurangan dalam penglihatan, sejumlah anak tunanetra di Solo, Jawa Tengah, terampil memainkan gamelan Jawa.

"Di sini rata-rata dari keluarga yang tidak mampu. Banyak yang juga yang yatim atau piatu seperti anak saya. Kalau lahanya ditutup, anak saya sekolah di mana. Kalau harus pindah ya jangan jauh-jauh karena terkendala transportasi juga," jelas ibu tiga anak tersebut.

Baca juga : Djarot: Saya Perintahkan Bangun SLB di Setiap Kecamatan

Selain itu, menurut Sugiarti, anaknya betah belajar di SLB PGRI, dan jika harus pindah masih harus menyesuaikan kembali dengan lingkungan. Hal tersebut sulit dilakukan karena Dito anak autis. Apalagi untuk biaya bulanan, pihak sekolah tidak mematok harga yang tinggi.

"Sekolah di sini tidak diharuskan harus berapa bayarnya. Seikhlasnya, jadi untuk saya, khususnya, sangat meringankan dan membantu. Tidak lebih dari Rp 70.000 per bulan. Malah ada yang bayar Rp 30.000. Tidak semua sekolah menerima anak berkebutuhan khusus seperti anak saya," jelas perempuan berkerudung tersebut.

Taman desa

Saat ditemui Kompas.com, Selasa (21/11/2017), Kepala Desa Lemahbangdewo, Agus Iswanto Prihadi membenarkan lahan yang saat ini digunakan SLB PGRI akan segera dibangunkan kantor desa baru. Dia beralasan lahan kantor desa yang lama sempit sehingga tidak bisa dibangun taman dan pendopo

"Sesuai dengan arahan bupati Banyuwangi terkait smart kampung, kami ingin meningkatkan pelayanan di desa, jadi ya dibangun pendopo dengan taman-taman kan cantik. Soalnya kantor kami lahannya sempit dan kami punya tanah kas desa, kenapa nggak dimanfaatkan saja untuk bangunan baru," jelasnya.

Dia menekankan bahwa penggunaan tanah kas desa yang saat ini dipakai untuk kegiatan belajar mengajar siswa SLB PGRI bukan keinginannya pribadi, tetapi sesuai permintaan dari masyarakat.

Agus Iswanto juga menjelaskan bahwa kedatangan beberapa warga pada tanggal 20 November 2017 lalu, bukan untuk mengosongkan sekolah tersebut, namun untuk membantu jika pihak sekolah kesulitan mengangkat barang-barang saat pindahan.

Dia juga mengakui tidak bisa memberikan solusi akan dipindahkan ke mana sekolah tersebut. Dia hanya meminta agar pengelola segera mengosongkan sekolah karena akan segera dibangun kantor desa baru.

"Ini kan untuk pelayanan desa juga. Jadi ya harus segera pindah. Di bagian halaman depan lagi proses pembangunan pendopo. Saya juga mikirkan para siswa akan dipindahkan ke mana, tapi saya bingung juga karena lahan itu satu-satunya lahan kas desa," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com