BANYUWANGI, KOMPAS.com — Echa (15) terlihat gembira saat ikut senam bersama di halaman kantor Pemda Banyuwangi dalam rangka Hari Kesehatan Nasional Ke-53, Senin (13/11/2017).
Setelah senam, Echa menghampiri Ipuk Fiestiandani, isti Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, untuk bersalaman.
"Ibu cantik. Pakai behel juga," ungkap siswa kelas 3 SMP Wongsorejeo tersebut.
Echa juga meminta foto bersama dengan perempuan berjilbab tersebut.
"Cepat sembuh, ya," kata Ipuk.
Echa adalah salah satu orang dengan gangguan jiwa yang kondisi kejiwaannya sudah membaik. Bahkan, sejak seminggu terakhir ini Echa sudah kembali ke sekolah setelah hampir dua bulan meninggalkan sekolah karena harus terapi dan menjalani pengobatan.
(Baca juga: Kisah "Polisi Gila" Terima Penghargaan karena Obati Penderita Gangguan Jiwa)
Anis Anggraini (37), kerabat Echa, bercerita bahwa sepupunya tersebut mengalami perubahan perilaku setelah ibu kandungnya meninggal karena kanker. Echa menjadi sangat pendiam dan sulit diajak berkomunikasi.
"Ada kemungkinan dia depresi dan kurang kasih sayang dari ibunya. Saat ditinggal, dia masih kelas 5 SD dan anak tunggal. Dia lebih suka menyendiri menghabiskan waktu dengan menonton televisi, sedangkan ayahnya bekerja," kata Anis.
"Selama ini perilakunya tidak pernah membahayakan orang lain, hanya lebih pendiam. Sekarang bisa bersosialisasi dengan keponakannya. Kalau untuk pelajaran di sekolah dia sangat cerdas," ungkapnya.
Sementara itu, Echa menuturkan kerinduan yang dalam kepada ibunya.
"Tapi ibu sudah meninggal," katanya.
Perempuan berambut panjang tersebut juga memiliki cita-cita menjadi tentara dan sangat suka sekali dengan karate.
"Hampir tiap hari belajar karate," ungkap anak tunggal pasangan Busairi dan almarhum Sujiati itu.
Bebas Pasung