Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kesal Tak Ditemu Bupati Bima, Mahasiswa Lempar Bawang dan Botol Pestisida ke Petugas

Kompas.com - 23/10/2017, 18:21 WIB
Syarifudin

Penulis

BIMA, KOMPAS.com - Unjuk rasa mahasiswa yang bergabung dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di kantor Bupati Bima, Sabtu siang (23/10/2017), berlangsung anarkistis.

Lebih dari 100 mahasiswa yang menuntut anjloknya harga bawang merah itu mendobrak pintu gerbang utama kantor Pemda Bima.

Selain mendobrak pintu gerbang, mahasiswa juga melemparkan bawang merah dan botol sisa obat pestisida ke arah petugas.

Aksi anarkistis ini rupanya dipicu lantaran kekesalan massa karena tak ditemui bupati Bima untuk menerima aspirasi mereka.

“Kami datang ingin menyampaikan aspirasi rakyat, Bupati keluar temui kami,” teriak salah seorang mahasiswa saat berorasi.

Sekitar satu jam melakukan orasi secara bergantian, massa yang kesal akhirnya melampiaskan kemarahannya dengan memaksa menerobos masuk ke halaman kantor pemerintah setempat.

Berhasil merobohkan gerbang, massa kemudian berusaha masuk ke kantor pemerintah, namun dihadang petugas Satpol PP dan aparat kemanan yang berjaga di belakang pintu.

Baca juga : Warga Binaan Lapas Polewali Unjuk Rasa Protes Kebijakan Kalapas Baru

Aksi saling dorong pun terjadi, hingga bawang merah dan ratusan botol sisa obat hama penyakit melayang ke arah petugas.

Aksi brutal mahasiswa ini akhirnya surut setelah asisten II Pemda Bima, H Nurdin berhasil meredam emosi massa dan berusaha menerima aspirasi mereka.

Koordinator aksi, Sahlan mengatakan, saat ini petani mengalami kerugian karena harga bawang merah yang anjlok dalam beberapa bulan terakhir.

Namun ia menilai, pemerintah tidak memperhitungkan dampak melorotnya harga salah satu bahan pangan tersebut.

“Kondisi di lapangan, rata-rata petani mengeluhkan harga bawang anjlok. Hal ini membuat petani mengalami kerugian, karena biaya tanam tidak sebanding dengan hasil penjualan yang didapat,” ungkap Sahlan.

Menurut dia, harga bawang merah saat ini melorot sampai Rp 7.000 per kilogram dari Rp 9.000 per kilogram.

“Awalnya, harga stabil. Tapi sekarang malah makin turun drastis. Petani juga mengeluhkan biaya tanam mulai pupuk, bibit dan obat hama terus naik. Namun hasil panen dijual dengan harga rendah,” kata dia.

Untuk mengatasi anjloknya harga bawang, pemerintah didesak segera mengambil kebijakan guna menjaga kestabilan harga salah satu tanaman unggulan di Bima itu.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com