MAJENE, KOMPAS.com - Syawal tak kuasa menahan sedih setelah ia mengetahui istrinya telah tiada. Sepuluh bulan mereka berpisah sejak Syawal ditawan kelompok militan Abu Sayyaf di Filipina, kini ia pulang tanpa bisa melihat wajah belahan hatinya.
Syawal dibebaskan dan kembali ke kampung halamannya di Poniang Tengah, Desa Tallabanua, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Jumat (15/9/2017) sore kemarin.
Bersama dia, pada hari yang sama Safauddin juga dibebaskan dan pulang ke daerah tersebut.
Semula Syawal berharap akan disambut senyum kebahagiaan oleh istri dan anak-anaknya. Namun, betapa ia kaget setelah mendapat kabar bahwa istri telah menghadap Sang Khalik ketika Syawal masih di tangan penyandera.
Ramadan, istri Syawal, meninggal dunia pada Januari 2017 atau dua bulan setelah suami dan rekannya disandera.
Syawal tak kuasa menahan sedih dan langsung jatuh pingsan hingga terpaksa digotong warga hingga ke rumahnya.
Sejumlah warga dan sanak keluarga yang melihatnya ikut bersedih dan menagis sambil memeluk Syawal di tengah keluarganya.
Syawal terlihat masuk ke dalam ruang tamu rumahnya dengan tatapan kosong. Ia dipapah sejumlah warga agar tak jatuh.
Ketika ia berusaha menatap foto istrinya, ia kembali jatuh pingsan. Tangisan histeris dari keluarga pun tidak terhindarkan.
Setelah sadar, Syawal berusaha menghimpun kekuatan untuk berkata-kata.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.