Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Survei Media: Isu Penistaan Agama Pengaruhi Persepsi Publik Terhadap Polisi

Kompas.com - 11/07/2017, 05:45 WIB
Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Persepsi positif publik terhadap polisi dalam sudut pandang media meningkat dalam setahun terakhir.

Tren sentimen negatif yang kerap mendominasi pemberitaan Polri sejak Januari 2012 hingga 2016 berubah menjadi positif sejak November 2016 hingga saat ini.

Direktur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang mengatakan, sepanjang 7 Juli 2016 – 6 Juli 2017, Polri diberitakan sebanyak 418.124 oleh 1.489 media siber di Indonesia, atau rata-rata sebesar 34.343 pemberitaan setiap bulannya.

"Perhatian publik terhadap Polri terus mengalami kenaikan secara signifikan. Menjaga isu dan reputasi Polri dengan pemberitaan sebesar itu setiap bulannya memerlukan upaya yang tidak ringan," kata Rustika dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (10/7/2017).

(Baca juga: Akhir Pekan Depan, Polisi Putuskan Proses Kasus Dugaan Penistaan Agama oleh Ahok)

Rustika menuturkan, pemberitaan dan isu yang dilemparkan media kepada publik terkait Polri sangat dinamis dan berkembang sesuai dengan “persepsi” massa. Ada sembilan isu yang mendominasi persepsi publik.

"Kesembilan isu besar tersebut hampir menguasai 67 persen dari keseluruhan isu," tutur Rustika.

Kesembilan isu tersebut adalah kasus penistaan agama 29 persen, terorisme 19 persen, demonstrasi 13 persen, pilkada 11 persen, narkoba 10 persen, korupsi 10 persen, makar 4 persen, kasus Novel Baswedan 2 persen, dan Freddy Budiman 2 persen.

Menurut Rustika, di antara isu besar tersebut, beberapa diramaikan media karena lebih pada sisi persepsional dan faktual.

"Persepsional biasanya cukup menyita perhatian publik karena isunya dianggap sensitif atau diframing sensitif. Beberapa isu terlihat menjadi perhatian nasional dan beberapa hanya terlihat di wilayah tertentu," ujar Rustika.

(Baca juga: Orang yang Terjerat Kasus Penistaan Agama Meningkat di Era Reformasi)

Secara keseluruhan, sentimen positif netral yang ditujukan pada Polri mencapai 68 persen, sementara sentimen negatifnya sebesar 32 persen.

Menurut Rustika, perubahan sentimen yang memengaruhi persepsi publik ini cukup signifikan dibandingkan dengan tahun 2015 yang sempat mencapai 53 persen untuk sentimen positif dan netral, atau tahun 2016 sebesar 61 persen.

"Salah satu kunci keberhasilan meningkatkan upaya pembentukan persepsi adalah “kehadiran” Polri di tengah masyarakat dengan upaya manajemen persepsi yang lebih baik," kata dia.

Contohnya, menurut Rustika, dalam kasus-kasus besar seperti penistaan agama, Freddy Budiman, Novel Baswedan, terlihat upaya Polri untuk terus memantau dan mengkomunikasikan apa yang telah dilakukan Polri secara transparan.

Dengan upaya itu, diharapkan situasi publik akan lebih tenang karena selalu mendapat data terdepan (update) serta informasi dari sumber yang terpercaya–apalagi di tengah situasi peredaran berita hoax marak saat itu.

Terkait hasil riset tersebut, I2 memberi catatan terhadap Polri. Menurut Rustika, keberhasilan Polri dalam mengelola persepsi publik terhadap institusi dengan berbagai kinerjanya juga harus diselaraskan dengan persepsi publik kepada polisi (sebagai individu).

Media sosial

Kinerja Polri dan polisi juga mendapat perhatian netizen. Menurut Rustika, dalam setahun terakhir, Polri direspons sebanyak 1,874.060 percakapan di lini masa Twitter. Mereka yang merespons terdiri atas 84 persen akun manusia yakni sebesar 147.351 akun, serta 15,4 persen akun mesin 26.790 akun.

Adapun isu-isu terbesar yang dipercakapkan netizen mengenai Polri di media massa serupa dengan isu terbesar di media siber, seperti kasus penistaan agama, terorisme, serta Basuki Tjahaja.

"Dengan sentimen positif dan netral sebesar 63 persen, persepsi netizen terhadap Polri didominasi oleh anticipation dan trust," papar Rustika.

(Baca juga: Semarak Pilkada Dinilai Teralihkan Kasus Penistaan Agama)

Dua emosi terbesar itu, kata dia, menunjukkan bahwa harapan besar kepada Polri untuk lebih memerbaiki diri."Di sisi lain, masih adanya amarah netizen biasanya dipicu oleh ketidaktegasan Polri dalam menangani kasus tertentu," tutupnya.

Kompas TV Polisi Siap Hadapi Ancaman Teror
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com