Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebaran Ala Romo Budi, Seorang Pastor Katolik di Ungaran

Kompas.com - 01/07/2017, 15:30 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com - Pemimpin umat Katolik Paroki Ungaran, Kabupaten Semarang, Romo Aloys Budi Purnomo Pr turut merayakan sukacita umat muslim yang sedang merayakan Idul Fitri 1438 Hijriyah dengan mengunjungi sejumlah komunitas muslim di Semarang dan sekitarnya.

Dimulai pada hari raya pertama, Minggu (25/6/2017) pagi, usai umat muslim menjalankan Shalat Id, Romo Budi ikut mendampingi Uskup Agung Semarang Romo Mgr Dr Robertus Rubiyatmoko bersilaturahmi kepada Takmir Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

Di sana, rombongan diterima Wakil Gubermur Jawa Tengah Heru Sudjatmoko, Ketua Takmir MAJT Dr H Noor Achmad MA dan sejumlah pengurus MAJT lainnya.

Selanjutnya, rombongan mengunjungi Walikota Semarang, Kapolda Jawa Tengah, Pondok Pesantren Al-Islah Tembalamg Semarang pimpinan KH Budi Harjono, Komunitas Qoryah Tayyibah Salatiga dan bersilaturahmi dengan keluarga besar Mustasyar PBNU KH Mahfudz Ridwan di Pondok Pesantren Edi Mancoro di dusun Gedangan, Tuntang, Kabupaten Semarang.

Di tempat yang terakhir ini, rombongan juga menyempatkan berziarah ke makam Kiai Mahfudz, yang dijuluki Gus Dur-nya Jawa Tengah tersebut.

Setelah mendampingi Uskup Agung Semarang, Romo Budi yang kesehariannya juga sebagai pastor pembantu Paroki Ungaran yang berpusat di Gereja Kristus Raja Ungaran ini mengunjungi sahabat-sahabatnya yang muslim seperti keluarga pelukis Basuki di Kauman Tengah, Ungaran.

(Baca: Kala Pastor Katolik "Sungkem" di Hadapan Ibu Sahabat Muslimnya)

Basuki selama ini dikenal oleh umat Katolik sebagai pelukis wajah Yesus yang hafal tanpa harus melihat gambar contoh.

Romo Budi juga meluangkan waktunya untuk bersilaturahmi dengan Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Semarang (DKKS) Sarwoto Ndower dan sungkem ke ibunda mertua seniman Gedong Songo Sutikno, di Kelurahan Bergas.

Ibunda Sutikno, Simbah Aliyah adalah seorang muslim, sedang Sutikno sendiri adalah seorang Katolik.

Tepat pada hari Jumat (30/6/2017), di saat para pemudik menempuh arus balik, Romo Budi yang juga Kepala Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang ini kembali ke kampung halamannya di Desa Belikrejo, Gamboranom, Baturetno, Wonogiri.

Kendati keluarganya adalah Katolik, namun saat Lebaran mereka juga ikut merayakannya. Suasana Lebaran di desa inilah yang membuat Romo Budi mengenal dan menghayati benih silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri.

(Baca: Shalat Id, Gereja Kristus Raja Ungaran Ubah Jadwal Misa dan Sediakan Lahan Parkir)

"Masyarakat desa ini mengajarkan kepada saya hidup rukun dan damai sejak masa kanak-kanak hingga saat ini. Di sinilah saya mengenal tradisi silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri dan kegembiraan Lebaran yang tanpa diskriminasi," kata Romo Budi yang juga Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jawa Tengah ini.

Menurut kesaksian Romo Budi, sejak masa kanak-kanak, ia sudah merasakan silaturahmi di Hari Raya Idul Fitri dan kegembiraan Lebaran.

Beberapa hari menjelang Hari Raya Idul Fitri, ia sudah melihat dan membantu almarhumah Ibundanya, Caecila Pursuharti membuat aneka penganan seperti kacang bawang, rengginang, jadah dan wajik untuk suguhan pada hari Lebaran.

Pada Hari Raya Idul Fitri, kendati seluruh keluarganya beragama Katolik, namun tetap didatangi warga masyarakat untuk saling bermaaf-maafan.

"Saya bersama teman-teman sebaya berkeliling dari rumah ke rumah untuk bersilaturahmi. Tak satu pun keluarga yang terlewatkan," ujarnya.

Merawat tradisi silaturahmi

Sesudah lulus SMP Negeri 1 Baturetno pada tahun 1984 dan masuk Seminari Menengah Mertoyudan untuk menempuh pendidikan sebagai calon imam, ia selalu menyempatkan diri untuk pulang kampung di saat hari raya Idul Fitri untuk merawat tradisi silaturahmi. 

Sesudah menjadi Imam Diosesan Keuskupan Agung Semarang, pada 8 Juli 1996 lalu, setiap ada kesempatan liburan Idul Fitri, Romo Budi selalu pulang kampung merawat tradiasi silaturahmi Idul Fitri.

Pada Lebaran tahun ini, selain berziarah di makam Ibundanya, Romo Budi pun bersilaturahmi dengan sesepuh di desanya, antara lain Simbah Prawiro Sapari (84) dan Nyai Midi (75) keduanya adalah muslim yang taat. 

Tak luput dari kunjungannya adalah Yu Darti yang sedang menderita stroke. Mereka yang dikunjungi menyambut bahagia.  Dengan cara sederhana itu, Romo lulusan Fakultas Kepausan Teologi Wedabhakti Yogyakarta ini belajar merawat tradisi silaturahmi.

"Secara sosiologis, halal bi halal menjadi ajang untuk saling berkomunikasi demi terwujudnya hidup damai. Secara teologis, halal bi halal merupakan ajang untuk saling mengampuni," ucapnya.

Kompas TV Arus Balik, Pemudik Terjebak Hingga 9 Jam di Tol Cipali
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com