"Biar saya di sini sampai mati, saya tidak mau menyusahkan orang lain," ujarnya.
Sigit Wahyu Subekti, Kepala Desa Dusun II, ingat betul, Mbah Japar sudah tinggal di gubuk itu sejak dirinya masih kecil.
"Saya masih kecil ya Mbah Japar sudah tinggal di sana dan sendirian. Tidak punya anak dan dia seorang janda," katanya.
"Sudah tiga kali, kami berswadaya membangun gubuk yang dihuni Mbah Japar, dari dulu Mbah enggak punya apa-apa," ujar dia.
Sebelum dia diangkat sebagai lurah, Sigit mengaku pernah melaporkan kondisi Mbah Japar kepada camat. Namun, tak kunjung ada tanggapan.
"Mbah Japar ya hanya mengandalkan pemberian dari warga saja," tambahnya.
Bantuan
Beberapa hari terakhir, rumah Mbah Japar sering kedatangan orang yang membawa bantuan seperti beras, susu dan mi instan.
Tetapi kondisi fisik yang sudah renta, Mbah Japar tidak bisa mengolah makanan pemberian para penderma menjadi makanan yang siap dikonsumsinya.
"Dikasih mi, dikasih beras, ya enggak juga dimasak sama si Mbah sampai akhirnya kedaluwarsa," tuturnya lagi.
Warga desa dan sejumlah orang yang datang menjenguknya kini tengah merayu untuk dibawa ke panti jompo atau membawanya pada tempat yang layak. Tetapi Mbah Japar tetap dengan pendiriannya ingin tinggal di gubuk tersebut sampai mati.
"Justru sekarang ini si Mbah merasa, kami orang kampung tidak menerimanya dan merasa banyak orang ingin mengusirnya dari tempatnya yang sekarang ditinggalinya," tutur Sigit.