Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengusaha dan DPRD Kupang Keluhkan Seringnya Pemadaman Listrik

Kompas.com - 28/03/2017, 14:01 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com – Pemadaman listrik terus menerus terjadi di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak awal tahun ini.

Kondisi ini membuat sejumlah pihak mengungkapkan kekecewaan terhadap kinerja Perusahaan Listrik Negara (PLN) setempat.

Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) NTT Robby Rawis mempertanyakan kinerja PLN. Dia mengaku sangat kecewa terhadap seringnya pemadaman listrik yang menurutnya sudah tak wajar.

PLN, kata Robby, tidak pernah memberi penjelasan resmi mengenai seringnya pemadaman.

Padahal, pemerintah sudah mendatangkang kapal pembangkit listrik yang disewa dari Turki. Kapal itu digadang-gadang akan memberikan pelayanan prima bagi warga Kota Kupang.

(Baca: Gara-gara Kadal, Jayapura Sempat Alami Pemadaman Listrik)

“Waktu awal-awal saat kapal listrik dari Turki datang, katanya masih penyesuaian dan kami masyarakat NTT dan dunia usaha sabar menunggu. Nyatanya sudah empat bulan, belum ada perubahan dan sampai kapan keadaan seperti ini,” keluh Robby kepada Kompas.com, Senin (27/3/2017) malam.

Menurut Robby, pemadamam listrik secara bergilir kepada para pelanggan di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang seharusnya tidak terjadi lagi.

Itu karena daya listrik di Kupang sudah sangat surplus dengan hadirnya kapal pembangkit listrik berdaya 60 MW dari total daya seluruhnya sebesar 120 MW.

Robby berharap pemerintah pusat dan PLN pusat bisa segera mengevaluasi apa yang terjadi di Kupang, sehingga tidak lagi terjadi pemadaman listrik merugikan pelanggan.

Kekecewaan yang sama juga disampaikan Anggota DPRD Provinsi NTT Viktor Lerik. Viktor mengaku sudah menggelar rapat dengar pendapat dengan PLN terkait seringnya pemadaman listrik.

Namun tak ada perbaikan, pemadaman tetap berlangsung setiap hari di Kupang.

"Sungguh keterlaluan sekali , kalau saat rapat dengar pendapat dengan DPRD, PLN selalu bagus dan manis bicaranya tentang pasokan listrik. Ttetapi kenyataannya seperti ini. Saya kehabisan kata-kata," kata Viktor kesal.

Terkait dengan hal itu Humas PLN Wilayah NTT Nikolaus Sulistyohadi mengaku, pemadaman Listrik di Kota Kupang dan sekitarnya terjadi karena gangguan jaringan distribusi.

Menurut dia, penyebab listrik padam yang terjadi pada Januari sampai Februari diakibatkan cuaca ekstrem, berupa hujan angin dan petir.

Di samping itu kata Nikolaus, ada beberapa titik kerusakan jaringan akibat baliho roboh, pohon tumbang serta jaringan terkena dahan dan ranting.

Gangguan akibat cuaca, kata Nikolaus melanda hampir seluruh daerah di NTT. Misalnya, tanah longsor di Manggarai dan Flores Timur.  

 

"Ada pula jaringan PLN di Kupang, tiangnya ditabrak oleh mobil dekat yang menyebabkan kerusakan pada jaringan dan perbaikan serta pemulihan tentu membutuhkan waktu,”kata Nikolaus.

Sedangkan terkait keberadaan kapal listrik dari Turki, Nikolaus menjelaskan itu untuk memperkuat kapasitas kemampuan pembangkit yang ada di NTT khususnya Timor system, dimana PLN membangun transmisi 70 KV dengan tower dari Kupang sampai dengan Atambua, Kabupaten Belu.

(Baca: Warga Polewali Mandar Keluhkan Pemadaman Listrik hingga 4 Kali Sehari)

“Kondisi sekarang sudah sampai Kefamenanu, Kabupaten Timor Tengah Utara dan dalam waktu dekat sudah sampai Atambua (sekitar bulan April). Dengan keberadaan kapal pembangkit dari Turki, masalah pembangkit sudah terkecukupan bahkan kelebihan, artinya masalah kapasitas pembangkit tidak ada masalah,” ujar dia.

Nkolaus memastikan Upaya PLN dalam perbaikan pelayanan terus-menerus dilakukan. PLN fokus pada perbaikan dan pemeliharaan jaringan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com