Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ratusan Petani Klaten Mengeluh Sawah Terendam Banjir Selama 27 Tahun

Kompas.com - 02/03/2017, 09:45 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

KLATEN, KOMPAS.com - Ratusan petani di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, mengeluh karena lahan pertanian mereka terendam air. Sawah warga seluas lebih dari 60 hektar tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam.

Lahan warga yang tergenang air terjadi di empat desa di Kecamatan Prambanan, Klaten. Desa-desa itu, yaitu Desa Sengon, Desa Sawit, Desa Andong dan Desa Katekan.

Warga pun mengadukan hal itu kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo beserta pelaksana tugas Bupati Klaten Sri Mulyani.

Kepala Dusun Katekan, Kecamatan Prambanan, Marito, mengatakan, lahan warga sudah 27 tahun terendam air. Kedalaman air di sawah bervariasi antara 70 sentimeter hingga satu meter di bagian tengah.

Ada lebih dari 60 hektar sawah yang mengalami kondisi itu. Akibatnya, warga tak bisa memanfaatkan lahan untuk keperluan pertanian hingga mengurangi pendapatan warga.

"Kami minta ini diatasi. Air bisa dialirkan ke sungai atau apa. Sawah ini sudah lama tidak bisa digunakan," kata Marito saat berdialog dengan Ganjar di desa tersebut, Kamis (2/3/2017).

Warga mengatakan, kondisi ini sudah dilaporkan ke semua pihak. Namun setiap tahun belum ada solusi untuk mengatasi banjir di lahan pertanian di desa itu.

"Kami selalu gagal panen akibat banjir menahun ini," ucapnya.

Marito bersama ratusan warga lain menunggu tindakan pemerintah untuk mengatasi banjir yang rutin di sawah mereka.

Anggota DPRD Klaten yang juga warga setempat, Triono mengusulkan agar air di sawah dialirkan ke anak Sungai Bengawan Solo. Caranya dengan membuat sodetan yang dialirkan ke anak sungai.

"Kami pernah lakukan kajian, ini aslinya bisa dialirkan ke sungai, dengan pembuatan gorong-gotong. Saat ini sudah ada gorong-gorong, tinggal diturunkan sedikit. Atau jika tidak, buat codetan bau," ujar Triono.

Perwakilan Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo meminta waktu untuk mengkaji semua usulan warga. BBWS akan memaparkan hasil kajian untuk ikut mengatasi permasalahan lahan pertanian warga.

"Ini dibuat embung, atau air sawah dibuang. Dibuang sendiri atau dengan pompa akan kami kaji. Kalau pakai pompa itu mahal. Karena, kalau bentuknya cekungan itu harus pakai pompa kapasitas 250 liter per detik. Kalau ditanami padi tidak pas," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com