Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ponpes Queen Assalam, Rumah untuk Anak-anak TKI

Kompas.com - 21/02/2017, 09:04 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

Saat ini, santri yang paling muda berusia 4 tahun dan mereka yang masih di bawah usia kelas empat SD tinggal di kamar yang berdampingan dengan kamar pribadi Gus Mahfud dan istrinya. Hal tersebut dilakukan agar anak-anak tersebut tetap mendapatkan perhatian utuh dari pasangan suami istri yang telah memiliki 5 anak tersebut.

"Kadang kalau tengah malam mau pipis mereka ketuk pintu minta diantar. Kalau berangkat sekolah minta dibedaki atau dipasangakn jilbab sama saya. Mereka sudah saya anggap anak sendiri," kata Siti Mutmainah.

Para santri yang mondok Ponpes Queen Assalam tidak dibebankan biaya pendidikan dan orangtua bisa membayar semampu mereka. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka mendapatkan bantuan dari donatur dan juga masyarakat sekitar.

Dalam sehari, biaya hidup yang harus dikeluarkan oleh Gus Mahfud dan istrinya mencapai Rp 350.000, termasuk juga uang saku sekolah dan juga makan mereka selama 3 kali sehari.

"Kalau hitungan-hitungan secara matematika ya nggak nutut. Tapi selalu ada rezeki buat anak-anak. Kalau sudah kehabisan beras kami ke salah satu toko sembako untuk ambil beras dulu. Ikan juga biasanya dapat dari nelayan dan sayur dari orang-orang pasar. Selalu ada rezeki buat mereka. Sehari bisa habis 15 kilo beras. Biaya sekolah juga kami yang tanggung dari donatur. Tidak banyak tapi yang penting cukup," jelasnya.

Untuk pendidikan formal, para santri bersekolah di MI dan MTs yang dekat dengan pondok pesantren. Untuk itu, Gus Mahfud berniat untuk mendirikan SMK di wilayah Ponpes Queen Assalam agar para santri bisa meneruskan sekolah.

"Kami bekerja sama dengan MI dan MTs di dekat sini untuk pendidikan formal anak-anak. Kalau untuk sekolah diniyah atau agama ada 21 guru di sini. Mereka relawan dan tetap kami bayar walaupun tidak banyak," jelasnya.

Selain itu, Ponpes Queen Assalam juga bekerja sama dengan komunitas buruh migran untuk pelatihan para TKI pasca-kepulangan mereka ke tanah air.

"Ada juga beberapa TKI yang pulang dan mondok di sini. Katanya menenangkan diri," jelas Gus Mahfud ambil tersenyum.

Zuraidah Fitriani (13), salah seorang santri Ponpes Queen Assalam kepada Kompas.com mengaku ibunya saat ini berada di penampungan dan akan berangkat ke Taiwan pada bulan April nanti.

"Sama ibu disuruh mondok di sini soalnya nggak ada yang jaga," kata gadis yang akrab dipanggil Ani tersebut.

Selain itu, dia mengaku sebagian besar orangtua temannya di Ponpes juga berangkat menjadi tenaga kerja ke Taiwan.

"Kita sering cerita-cerita bareng tentang ibu kalau lagi sama-sama kangen. Seperti ibu kita lagi ngapain ya di sana," jelasnya.

Namun hal yang berbeda diceritakan oleh Bella (16). Siswi kelas 3 MTs tersebut mengaku masuk Pesantren Queen Assalam setelah melarikan diri dari perempuan yang memeliharanya sejak kecil yang biasa dipanggil ibu oleh Bella. Sebelum memutuskan kabur, Bella kerap disiksa dan dipaksa untuk meminta-minta.

"Saat kabur dari rumah saya tempat ditampung di rumah aman terus dibawa ke sini. Saya berkali-kali disiksa, ditempeleng. Dipukuli sampai saya kabur. Alhamdulilah di sini saya bisa sekolah lagi walaupun harus menunda dua tahun. Seneng punya umi baru yang sayang sama Bella," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com