Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekolah Rusak di Kawasan Industri Batik Cirebon

Kompas.com - 09/02/2017, 17:26 WIB
Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – Sejumlah pelajar Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Trusmi Wetan, Kecamatan Plered, Kabupaten Cirebon, bermain sepak bola di depan dua ruang kelas yang rusak.

Sudah sekitar satu tahun ruangan itu tidak digunakan. Isinya berantasan.

Ada 16 ventilasi pada dinding dua ruang kelas itu dan semuanya tampak tak terawat. Delapan ventilasi diganjal kayu dan kawat, delapan lainnya tak berkaca. Sebagian plafon di teras kelas terlihat bolong.

Kerusakan juga terjadi di dalam dua ruang kelas itu. Sebagian besar kayu keropos bercampur tanah jejak-jejak pasukan rayap.

Dari plafon yang rusak, kayu penyangga genting tampak rapuh karena tertimpa genting berjatuhan.

Debu, bangkai kayu bangku atau meja belajar rusak, serta sejumlah buku berserakan seisi dua ruang itu.

"Ini atapnya sudah pada ambruk, jadi kalau murid belajar di kelas, takut kena robohan," kata kata Uripah selaku Pelaksana Tugas Kepala SDN 2 Trusmi Wetan, Kamis (9/2/2017).

Karena kondisi itu, pengurus sekolah memutuskan untuk tidak lagi memakai ruang kelas tersebut sebagai tempat belajar-mengajar.

Risikonya terlalu besar jika anak-anak dipaksakan belajar di dalamnya.

Dua ruang kelas itu, kata Uripah, sejatinya digunakan untuk siswa kelas II dan III. Kelas III terpaksa pindah ke ruang kelas VI. Kelas VI digabungkan dalam satu kelas dengan total jumlah murid 42 orang. Adapun siswa kelas II masuk siang hari setelah kelas I pulang.

Sebetulnya tidak ada jadwal kelas siang. Itu dilakukan karena terpaksa. Kondisi ini sudah berlangsung selama satu tahun.

Pengurus sekolah sudah melaporkan hal ini kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon.

Menurut Uripah, mungkin sekolahnya belum mendapat giliran perbaikan. Ia berharap kerusakan dapat segera diperbaiki agar kegiatan belajar-mengajar berlangsung aman dan nayman.

Sambil melihat kondisi bangunan, Uripah berusaha menerka sambil mengingat-ingat, bangunan yang dia tatap terakhir kali direhabilitasi sekitar tahun 1985-an.

Sekolah ini memiliki tujuh ruang, dua ruang rusak, serta dua ruang untuk guru dan kepala sekolah.

SDN 2 Trusmi Wetan terletak di daerah yang terkenal sebagai kawasan wisata batik. Kawasan ini berulang kali dikunjungi banyak pendatang dan menjadi sorotan.

Edi, salah satu perangkat Desa Trusmi Wetan, mengaku bahwa pemerintah sedang berusaha mewujudkan kawasan Trusmi menjadi desa wisata.

"Memang, kami dengar ada wacana dari Disbudpar. Tetapi ini masih dalam proses," jelas Edi saat ditemui di kantor balai desa.

Sebelum mengakhiri obrolan, pria ramah itu menyampaikan bahwa pemerintah setempat terus berusaha karena ada banyak syarat untuk dapat mewujudkan kawasan wisata.

Kepala Dinas Kabudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Cirebon Hartono mengatakan, kawasan Trusmi Wetan dan sekitarnya sudah masuk dalam rencana kerja jangka panjang sebagai Kawasan Adat atau Kawasan Seni Batik.

Pihaknya sedang mempersiapkan penetapan tersebut dan direncanakan berlangsung tahun ini.

"Rencananya nanti menjadi Kawasan Adat atau Kawasan Seni Batik karena memiliki banyak adat istiadat dan terdapat lebih dari 200 perajin batik. Kawasan ini meliputi sekitar Trusmi Wetan, Panembahan, Wotgali, dan sekitarnya," kata Hartono.

Ia mengakui bahwa untuk menjadikan sebuah lokasi sebagai kawasan wisata, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Namun, pihaknya belum dapat menyampaikan satu per satu karena cukup banyak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com