Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Bengkulu, Tapai Ketan dan Lemang Jadi Ajang Mencari Jodoh

Kompas.com - 07/01/2017, 12:35 WIB
Firmansyah

Penulis

BENGKULU SELATAN, KOMPAS.com - Tapai ketan dan lemang merupakan makanan tradisional masyarakat Kabupaten Bengkulu Selatan yang mayoritas dihuni Suku Serawai.

Uniknya di Desa Masat, Kecamatan Pino, Kabupaten Bengkulu Selatan, kedua kuliner khas ini justru menjadi media pencari dan pengikat jodoh yang telah berlangsung sejak ratusan tahun.

Lemang terbuat dari beras ketan dimasak dengan cara memasukkan ketan ke bambu yang telah dibersihkan, lalu dibakar menggunakan bara api.

Ada semacam tradisi di Desa Masat, Kecamatan Pino, Kabupaten Bengkulu Selatan, setiap Rabu malam. Mereka membuat tapai ketan hitam dan lemang dan dijualnya.

"Setiap malam Kamis sudah tradisi masyarakat membuat lemang dan tapai ketan lalu dijual, memakannya dicampur dengan gulai seperti ikan, sambal ayam, telur rebus dan sebagainya. Umumnya memakan lemang dan ketan itu dijual di rumah warga," kata Rizal, salah seorang warga.

Rizal menambahkan, pada saat jual beli lemang tersebut, masyarakat, terutama kaum muda bertemu dan berkomunikasi. Ada yang sebatas pertemanan, namun tidak sedikit berlanjut ke jenjang pernikahan.

"Para pemuda datang ke tempat penjual lemang, makan, bertemu, saling berkomunikasi, kalau ada saling ketertarikan tidak sedikit yang melanjutkan hubungan ke tingkat pernikahan," jelasnya.

Rasikin, salah seorang pembuat lemang dan tapai ketan menyebutkan bahwa ia merupakan generasi kelima pewaris tradisi membuat makanan khas yang dijual setiap Rabu malam. Usaha dan tradisi tersebut ia dapatkan dari kakek buyutnya.

Setiap malam Kamis ia menghabiskan tidak kurang 150 batang lemang, satu batang lemang ia banderol Rp 5.000.

"Ini warisan dari kakek buyut, saya merupakan generasi kelima. Sudah banyak pasangan muda-mudi yang berhasil menemukan jodoh dari tradisi ini. Mereka datang ke rumah saya, memakan lemang dan tapai, bercengkrama lalu mendapatkan jodoh," kisah Rasikin.

Rasikin tidak mengetahui secara pasti penyebab munculnya tradisi tersebut. Namun, menurut dia, tradisi tersebut tak terpisahkan dari aktivitas perekonomian, pasar rakyat (pekan). Di Bengkulu Selatan dikenal dengan Pasar Pekan.

Pasar Pekan ini merupakan pasar yang hanya ada satu hari dalam satu pekan. Di Desa Masat, Pasar Pekan berlangsung pada hari Kamis.

Sudah menjadi kebiasaan para pedagang satu hari sebelum Pasar Pekan berlangsung sudah banyak pedagang dari luar daerah berkumpul memadati Desa Masat.

Momen ramainya pedagang berkumpul di tempat tersebut dimanfaatkan masyarakat setempat untuk berjualan lemang dan tapai ketan pada malam hari sebelum pasar dibuka.

Desa yang biasanya sepi mendadak ramai oleh pendatang. Desa menjadi semarak dan meriah, para pemuda yang kesehariannya sibuk bekerja di ladang dan kebun menjadikan malam yang meriah tersebut sebagai wadah hiburan atau refreshing dengan membeli lemang dan mencari jodoh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com