Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Sekolah Megah di Desa Prasejahtera

Kompas.com - 16/12/2016, 05:54 WIB
Kontributor Lampung, Eni Muslihah

Penulis

BANDARLAMPUNG, KOMPAS.com - Tangan-tangan kecil dari anak-anak berseragam sekolah dasar dengan lihai memetik tanaman kangkung.

Menyemai, menanam, dan memetik sayuran merupakan aktivitas rutin di sela-sela belajar mata pelajaran umum siswa SDN 1 Triharjo, Kecamatan Merbau Mataram, Kabupaten Lampung Selatan.

Ika, siswa kelas VI A di sekolah tersebut, dengan rinci memaparkan proses berkebun tanaman organik laiknya mahasiswa perkebunan.

"Mulanya tanah dicangkul supaya gembur. Tanahnya kemudian diaduk dengan pupuk organik, lalu beberapa waktu kemudian biji-bijian sayuran ditanam seusai dengan petaknya masing-masing," katanya sambil memetik kangkung panen yang ia tanam.

Hendra, siswa kelas VI B, berlari menyangklong cangkul di pundaknya. Ia bergegas menuju kebun kelasnya, membabat tanaman bayam yang gagal tumbuh akibat cuaca buruk.

"Saya mau ganti dengan tanaman yang baru, biar ada hasilnya," katanya sambil terus mencangkul tanah.

Tiada lahan tanpa tanaman. Begitulah tulisan yang terpampang dan tertancap di depan kelas murid sekolah.

Siswa menghias teras kelasnya dengan menanam warna-warni bunga dan pohon besar. Di belakang kelas, sisa lahan digunakan untuk menanam sayuran organik.

Para murid juga menanam tanaman obat. Ada 150 macam tanaman berkhasiat yang mereka tanam. Siswa biasanya berkebun di sela-sela waktu istirahat belajar.

Kepala SD Negeri 1 Triharjo Kabupaten Lampung Selatan Sutrisno mengatakan, sekolahnya telah menerapkan kurikulum teknologi pertanian dan perkebunan.

"Kurikulum ini sudah berlangsung sejak tahun 2012 lalu. Tak cuma berkebun, tapi anak-anak kami latih juga untuk berwirausaha," katanya.

Pada awal program, tenaga pengajar langsung didatngkan dari Balai Penelitian dan Pelatihan Teknologi Pertanian (BPPTP) Provinsi Lampung.

Tenaga ahli itu mengajarkan teori dasar, seperti membuat pupuk, sampai teknik menanam dan panen.

Kini para pelajar di sana sudah pintar membuat pupuk kandang dan pupuk sampah organik. Setiap hari ada saja yang membawa kotoran sapi dan kambing ke sekolah untuk diolah menjadi pupuk.

Hasil panen sayuran perkebunan milik siswa dijual keliling ke rumah-rumah warga. Seikat sayuran organik, mulai dari salad, terong, bayam, kangkung, dan sawi dijual seharga Rp 1.000 hingga Rp 2.000 per ikat.

"Sekarang tidak perlu lagi menjajakan sayuran ke rumah warga, setiap panen sudah ada pembeli yang mengantre," kata Sutrisno.

Rupiah yang terkumpul dari penjualan sayuran itu digunakan untuk membeli bibit kembali dan sisanya untuk kas kelas.

"Terutama kelas IV dan kelas VI, mereka sudah sangat mandiri untuk memenuhi kebutuhan kelasnya sendiri tanpa menggunakan uang pribadi siswa," kata Sutrisno.

Kini program berkebun tidak cuma dijalankan siswa, orangtua murid pun turut mengikuti pelatihan yang sama.

Ketua Komite Sekolah SDN 1 Triharjo Baryadi mengatakan, sebagian besar orangtua murid memiliki latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Pekerjaan sehari-hari mereka sebagai buruh tani.

"Bertani sudah menjadi kehidupan mereka, tetapi pola diterapkan tradisional dan turun-temurun," kata Baryadi.

Kelompok bertani dari wali murid sudah berjalan pada angkatan kedua dan kini ada 20 orang menjadi peserta.

KOMPAS.com/ENI MUSLIMAH SDN 1 Triharjo, Kecamatan Merbau Mataram, Kabupaten Lampung Selatan
Sebagian besar anggotanya ibu rumah tangga, sementara suaminya tetap berladang. Dengan begitu kebutuhan sayuran bisa terpenuhi tanpa harus membeli.

Dulu sekolah yang memiliki 386 siswa itu tergolong sekolah terbelakang. Tidak ada fasilitas menunjang untuk perkembangan pendidikan mereka.

Kini siswa belajar di ruang yang nyaman, ada tempat ibadah, kantin yang sehat, perpustakaan, UKS plus dengan dokter cilik yang terlatih tenaga medis, serta halaman sekolah yang dipenuhi dengan taman.

Di desanya, anak-anak bisa belajar dengan nyaman, menggali ilmu layaknya di sekolah bergengsi di kota pada umumnya.

Berbagai prestasi dan penghargaan dari tingkat kecamatan sampai nasional telah mereka raih.

Sudah lebih 200 sekolah nasional dan lokal datang ke sana untuk menengok langsung sistem pendidikan yang telah diterapkan SDN 1 Triharjo.

Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Astra-Michael D Ruslim (UPA-MDR) Arietta Andrianti mengatakan, SDN 1 Triharjo merupakan salah satu sekolah pintar binaan Astra.

Sejak 2012, Astra telah membina 12 SD negeri dan dua SMP di Kecamatan Merbau Mataram dan Tanjung Sari, Kecamatan Lampung Selatan. Programnya berupa pembinaan akademik dan kecakapan hidup siswa dan wali murid itu sendiri.

Sasaran sekolah pintar Astra adalah sekolah prasejahtera di desa-desa seluruh Indonesia.

"Salah satunya program kurikulum pertanian. Kami beri pengetahuan bagaimana mereka dapat berkebun sampai berwirausaha," kata dia.

Dengan program ini, kelak para siswa mau membangun desanya. Program serupa akan diterapkan untuk siswa SMA.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com