Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketika Senjata Berganti Kapur Tulis...

Kompas.com - 15/12/2016, 07:01 WIB
Masriadi

Penulis

PIDIE JAYA, KOMPAS.com – Suasana riang terlihat di dalam tenda yang dijadikan sekolah lapangan di Kecamatan Bandar Baru, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (14/12/2016).

Sekolah itu merupakan sekolah darurat yang didirikan di tempat pengungsi gempa Pidie Jaya. Anak-anak dengan pakaian seadanya terlihat gembira mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh prajurit TNI di sekolah tersebut.

"Ayo, siapa yang sudah bisa membaca, yang baca iqra, ada yang sudah bisa?" tanya Praka Sagita, prajurit dari Batalyon Infanteri 113/Jaya Sakti, Juli Kabupaten Bireuen.

Anak-anak yang belajar di sekolah darurat itu terlihat senang mengikuti pelajaran oleh "guru" baru mereka. Setiap kali Sagita bertanya, sebagian murid tampak tersenyum. Sebagian lagi menjawab, "Saya bisa. Saya bisa."

Sagita membalasnya dengan senyum. Dia pun memegang kapur tulis, lalu menguji kemampuan membaca dan menulis para murid di dalam tenda beralas tanah tersebut.

Hari itu Sagita mengajar murid-murid kelas V SD Negeri Jiem-jiem, Kecamatan Bandar Baru. Sekolah itu termasuk salah satu sekolah yang luluh lantak saat terjadi gempa bermagnitudo 6,5 di Pidie Jaya pada 7 Desember 2016. Rekan-rekan Sagita sesama prajurit TNI masih membersihkan puing-puing bangunan sekolah tersebut.

Sagita tidak sendirian mengajar di sekolah lapangan itu. Dia dibantu oleh dua teman lainnya, yakni Praka Teuku Kausar yang mengajar Bahasa Indoensia dan Pratu Beni mengajarkan olahraga.

"Saya mengajar agama Islam," ujarnya tersenyum.

Meja dan kursi diambil dari gedung sekolah lama dan disusun rapi berjejer di bawah tenda. Sekitar 50 orang ditampung di bawah tenda tanpa pendingin udara itu.

"Agar tak panas, maka pintu belakang dan depan tenda kita buka. Biar sirkulasi udara ada dan murid nyaman belajar," kata Sagita.

Jika biasanya kegiatan mereka berlatih tempur, membongkar senjata jenis M-16, berlatih menembak dan seterusnya, kini senjata itu berganti menjadi kapur tulis.

Pria tersebut terlihat telaten memegang kapur, lalu mencatat apa yang disampaikannya di papan tulis. Sesekali dia berjalan ke belakang, lalu ke depan layaknya seorang guru sekolah.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com