Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diduga Alami Kekerasan di Sekolah, Siswa SD Harus Operasi Alat Vital

Kompas.com - 09/11/2016, 16:49 WIB
Wijaya Kusuma

Penulis

SLEMAN, KOMPAS.com - Seorang bernama JAT (8) harus dirawat intensif dan menjalani operasi setelah alat vitalnya mengalami luka serius.

JAT diduga menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh teman sekolahnya di Madrasah Ibtidaiyah Al Kautsar Sumberdadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kejadian itu terungkap tatkala korban mengeluarkan banyak darah saat buang air kecil pada 20 Oktober 2016.

Orangtua korban kaget ketika melihat anaknya tengah tidur dan ada banyak bercak darah pada celana korban.

"Langsung cepat-cepat saya bawa ke rumah sakit UGM," kata ayah korban, Ulu Alan Surengga, di kantor Jogja Police Watch (JPW), Rabu (9/11/2016).

Di perjalanan menuju rumah sakit itu, JAT menceritakan bahwa ia mengalami tindak kekerasan oleh kakak kelasnya berinisial DF dan NN.

Di rumah sakit, kata Alan, dokter menyampaikan bahwa JAT mengalami luka dalam, bukan kencing batu.

Keesokan harinya, 21 Oktober 2016, orangtua korban datang ke sekolah untuk mengadukan hal tersebut. Keduanya meminta agar ada mediasi dengan pelaku.

"Saya bilang, kalau nanti sampai terulang lagi, akan menempuh jalur hukum. Hari Minggunya, kepala sekolah dan lima guru datang bersilahturahim sekaligus menjenguk anak saya, tetapi tidak menyinggung adanya mediasi," kata dia.

Pada 31 Oktober 2016 pukul 13.30 WIB, JAT diduga kembali menjadi korban kekerasan teman sekolahnya berinisial DN. Akibatnya, korban merasakan sakit saat buang air kecil akibat luka serius.

"Saat sampai di sekolah, anak saya menangis dan tidak ada satu guru pun yang menemani," kata dia.

Ayah korban kaget luar biasa setelah mengecek kemaluan korban yang bengkak dan mengalami luka serius. Ia pun membawa korban ke rumah sakit.

Menurut Alan, dokter yang memeriksa korban menyatakan bahwa korban harus dioperasi untuk menghilangkan nanah yang menyumbat saluran kencing.

"Kata dokter, luka seperti itu sakitnya bukan main. Kalau terlambat katanya bisa impoten," kata Ulu.

Ia mengatakan, sekolah telah sepakat akan menanggung biaya operasi. Namun, ia menyayangkan respons sekolah tatkala putranya kesakitan.

"Yang saya sayangkan kenapa saat disekolah anak saya kesakitan tidak ada yang menemani atau dibawa ke UKS. Kasihan anak saya kesakitan seperti itu," kata dia.

Alan meminta pertanggungjawaban sekolah atas apa yang dialami oleh putranya. Ia mengatakan, akibat kejadian itu, anaknya tidak mau berangkat ke sekolah.

Secara terpisah, Kepala Madrasah Ibtidaiyah Al Kautsar Sholikah Mukminah tidak memberikan banyak komentar terkait kejadian itu. Ia mengatakan bahwa polisi telah mendatangi sekolah. Ia siap bekerja sama dengan kepolisian untuk penangangan kasus tersebut.

Sementara itu, seorang guru Madrasah Ibtidaiyah Al Kautsar bernama Mustofa mengatakan tidak mengetahui secara pasti tentang adanya kejadian tersebut. Yang ia tahu, korban dan siswa lainnya bermain dengan sepengetahuan petugas piket.

"Setahu kami, guru-guru, anak-anak bermain memang. Di sekolah itu tahapnya bermain dan selalu diawasi oleh petugas piket," kata dia.

Ia menyebutkan, setelah kejadian itu, pihak sekolah sudah memanggil wali korban. Namun, waktu itu orangtua korban tidak datang.

"Sekolah kemarin juga sudah menangung biaya operasi (JAT). Biayanya semula Rp 13 jutaan, tapi jadinya sekitar Rp 10 juta," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com