Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Serunya Melakukan "Tagging" di Punggung Hiu Paus di Gorontalo

Kompas.com - 05/11/2016, 07:12 WIB
Rosyid A Azhar

Penulis

Petugas yang melakukan tagging bukan orang sembarangan. Dia harus terlatih untuk menancapkan alat di punggung ikan ini tanpa menyakiti.

“Dipilihnya bagian dorsal karena di area ini banyak lemak dan tidak membuat sakit ikan,” kata Andry Indryasworo Sukmoputro, Kepala BPSPL Makassar yang mengetuai kegiatan ini.

Ikan yang sudah ditandai tidak akan ditandai lagi.

Visibilitas air laut yang  jernih di Botubarani adalah anugerah tersendiri bagi tim ini. Dengan mudah tanpa hambatan proses tagging berlangsung cepat tanpa hambatan.

Wawan mengungkapkan ada perbedaan perilaku hiu paus saat ini dengan saat awal dikenalnya satwa ini oleh masyarakat di desa.

Sebelumnya hiu paus sering muncul dipermukaan air untuk menyantap limbah udang. Ikan ini akan berlama-lama di permukaan air, bahkan terlihat bermain dengan anak-anak nelayan sambil menyemburkan gelembung udara di samping perahu.

Kini kebiasaan muncul di permukaan air sudah jarang dilakukan. Hiu paus lebih sering berada di dalam air.

Saat menyedot makanan yang diberikan nelayan ia langsung menyelam dan bermain di kedalaman.

Uniknya, meskipun berbadan besar, hiu paus ini ternyata memiliki gigi mungil. Hiu paus tidak mengunyah makanan, ia menelan semua yang masuk dari mulutnya.

Pantai Botubarani yang tersusun dari struktur batu karang ini unik. Tidak jauh dari batas air dan daratan, batu karang ini langsung menhunjam curam sehingga manuver hiu paus tidak jauh dari pantai dan bisa disaksikan dari pesisir.

Nelayan Desa Botubarani sudah mengenal 17 ekor hiu paus yang suka menyantap kulit udang di belakang rumah mereka.

Nelayan bisa membedakan individu hiu paus ini dengan melihat corak pada tubuhnya.

Hari ini adalah hari ketiga tim melakukan tagging, tim  lintas lembaga ini masih punya waktu tujuh hari lagi untuk menandai hiu paus.

Dengan mengenakan tanda ini, hiu paus akan terus memancarkan sinyal yang akan ditangkap alat yang dipasang di kedalaman 40 meter dari permukaan laut.

Sinyal yang terekam dapat memberi informasi tentang pergerakan hiu paus. Rekaman sinyal gerakan ini kemudian diunduh secara peiodik.

“Pada jarak 1 km dari alat penerima sinyal, ikan ini sudah dapat dideteksi keberadaannya” kata Wawan Iko.

Eksotika pantai Botubarani memang memikat, tidak hanya karena keberadaan hiu paus, tetapi juga masyarakat yang ingin mengetahui ikan raksasa ini berenang di air yang jernih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com