Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Pemudik Meninggal Dunia, Kepala Dinkes Brebes Nyatakan Perlu Verifikasi

Kompas.com - 07/07/2016, 21:04 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Brebes Sri Gunadi belum dapat memastikan berapa jumlah pemudik yang meninggal dunia di wilayahnya.

Menurut Sri, jumlah korban jiwa yang beredar di media massa selama ini belum dapat dipastikan karena ada yang menyebut 12 orang dan 17 orang.

(Baca Ini Daftar 17 Orang yang Meninggal dalam Arus Mudik di Brebes)

"Itu semuanya data mentah di lapangan. Itu harus diverifikasi terlebih dahulu. Sejatinya itu, berapa sih yang meninggal," ujar Sri ketika dihubungi Kompas.com, Kamis (7/7/2016) malam.

Sri membantah anggapan bahwa kemacetan parah di tol Pejagan-Pemalang, khususnya di pintu keluar Brebes Timur, menjadi penyebab utama meninggalnya para pemudik.

Menurut dia, kemacetan merupakan salah satu pemicu munculnya penyakit yang sebelumnya sudah diidap pemudik.

"Ya, orang habis makan, meninggal. Habis dia turun dari mobil meninggal. Pasti sudah ada sakit sebelumnya," ujar dia.

Meski demikian, ia belum dapat memastikan penyebab pasti kematian pemudik tersebut.

Ia berpesan agar pemudik mempersiapkan diri terlebih dahulu untuk kemungkinan terburuk di jalur mudik.

"Jangan hanya kendaraannya saja yang baik, yang disiapkan. Tapi orangnya juga harus sehat," ujar Sri.

Ia memastikan bahwa pemerintah berupaya semaksimal mungkin menyediakan tenaga dan fasilitas medis untuk melayani pemudik. Namun, sebaik apa pun pelayanan kesehatan yang diberikan, semuanya tergantung pada kesiapan pribadi pemudik sendiri.

"Ambulans itu sudah berjejer siap melayani para pemudik. Kami selalu siap melayani para pemudik. Tapi kalau memang tidak siap, ya bagaimana?" ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com