Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Asa Baru Pemudik Sumatera

Kompas.com - 01/07/2016, 18:17 WIB

KOMPAS.com - Waktu menunjukkan pukul 07.30 saat Zainal Abidin (51) dan sepeda motornya memasuki lambung Kapal Motor Mutiara Sentosa III, Selasa (28/6/2016).

Untuk pertama kali, Zainal mencoba mudik ke Lampung menggunakan feri dari Tanjung Priok, Jakarta. Inilah rute baru sekaligus asa baru bagi pemudik Sumatera, khususnya Lampung, dari Ibu Kota.

Rute ini baru dioperasikan pekan lalu. Rute dilayani oleh kapal milik PT Atosim Lampung. Mendengar kapal berlayar langsung dari Dermaga Eks Presiden Tanjung Priok, Jakarta, ke kampung halamannya di Bandar Lampung, Zainal pun tertarik untuk menjajalnya.

Pergi-pulang Jakarta-Bandar Lampung sebenarnya sudah biasa dilakoni pria yang sehari-hari mengaku bekerja sebagai kontraktor itu. Namun, sebelum rute itu ada, dia terbiasa menggunakan sepeda motornya dari Jakarta ke Merak, kemudian naik feri melintasi Selat Sunda. Selanjutnya, dari Bakauheni, Lampung, dia melanjutkan perjalanan darat ke Bandar Lampung.

Sebuah perjalanan panjang yang meletihkan. Saat kondisi lalu lintas normal, setidaknya selama 7 jam dia harus mengendarai sepeda motornya. Apalagi, perjalanan Bakauheni-Bandar Lampung cukup menguras tenaga. Jalan berkelok-kelok dan bergelombang.

Ini ditambah ancaman kriminalitas di jalur tersebut kala dia melewatinya pada malam hari.

Namun, kondisi berbeda dirasakannya saat naik KM Mutiara Sentosa III.

"Tidak cuma penampilan dan fasilitasnya yang oke. Layanan ini juga menguntungkan, bisa menghemat waktu, tenaga, dan mungkin biaya. Kapal di Merak-Bakauheni seperti pasar, banyak pedagang berseliweran di dalam kapal. Penumpang sulit untuk bisa beristirahat," tuturnya.

Zainal pun menghitung perbandingan biaya yang dihabiskan saat melalui Merak-Bakauheni dan saat melalui Tanjung Priok-Panjang.

Di rute Merak-Bakauheni, Zainal menghabiskan sekitar Rp 125.000. Biaya itu untuk membeli tiket kapal dan satu penumpang Rp 45.000, dan biaya bahan bakar untuk motornya Rp 50.000. Sisanya untuk makanan dan minuman, lebih kurang Rp 30.000.

Sementara di rute Tanjung Priok-Pelabuhan Panjang, Bandar Lampung, harga tiket dan biaya motornya menghabiskan Rp 115.000. Namun, dia hanya menghabiskan bensin lebih kurang Rp 7.000 dari rumahnya ke Priok dan Panjang ke rumahnya yang dekat pelabuhan. Adapun kebutuhan makan dan minum lebih kurang Rp 20.000. Jadi, total biaya yang dikeluarkan Rp 142.000.

"Ini berarti dengan kapal ini lebih mahal Rp 17.000," katanya.

Meski demikian, dia memperoleh manfaat lebih besar. "Perjalanan lebih nyaman," ujarnya.

Dia pun bisa menghilangkan kecemasan keluarganya. Keluarganya selalu khawatir jika dia melintasi jalur Bakauheni-Lampung yang rawan kriminalitas.

Penumpang lain, Maisaroh (35), juga merasakan kenyamanan seperti yang dirasakan Zaenal. "Perjalanannya enak, kapalnya bersih," ujar Maisaroh.

Keluhan

Meski demikian, dia merasakan perjalanan kapal yang terlampau lama. Waktu tempuh yang semula dipromosikan hanya 8 jam realisasinya menghabiskan waktu 13 jam.

Dia membandingkan jika melewati jalur biasanya, Merak-Bakauheni. Total waktu tempuh perjalanan dari Jakarta sampai ke kampungnya di Pringsewu, Lampung, menghabiskan waktu tidak lebih dari 9 jam.

 Selain itu, jadwal keberangkatan juga tidak pasti. Kapal yang semula dijadwalkan berangkat pukul 10.00 molor 1,5 jam.

Feri yang dibuat tahun 1991 itu pun sesungguhnya memiliki fasilitas yang lengkap untuk menghilangkan kejenuhan penumpang. Namun, sebagian besar di antaranya belum difungsikan, seperti fasilitas kolam berendam, televisi, dan restoran.

Kamar-kamar yang disediakan bagi penumpang kelas bisnis, eksekutif, dan spesial juga belum dibuka. Tak ada pilihan lain, penumpang kapal hanya bisa menikmati fasilitas kelas ekonomi, yaitu tidur beralas matras.

Manajer Pelayanan KM Mutiara Sentosa III Triyono tidak membantah keluhan penumpang itu. Keterlambatan, menurut dia, lebih karena persoalan teknis, seperti mengurus manifes yang membutuhkan waktu lama.

"Sementara fasilitas di kapal memang belum sepenuhnya siap. Namun, faktor keamanan pelayaran sudah dinyatakan layak dan siap beroperasi," ujar Triyono.

Adapun terkait jadwal yang tidak menentu, Direktur Komersial PT Atosim Lampung Asep Suparman berdalih, hal itu bagian dari upaya perusahaan memetakan minat penumpang.

Triyono juga mengakui, belum banyak warga yang memanfaatkan layanan tersebut. Dia menduga masih banyak warga yang belum memperoleh informasi mengenai rute baru penyeberangan itu.

Dari total kapasitas penumpang kapal 831 orang, hanya 48 orang di dalam kapal. Sementara dari total kapasitas 260 unit mobil dan truk di kapal, hanya ada 27 unit mobil di dalam kapal.

Hal ini disayangkan karena dibukanya rute baru tersebut sejak awal dirancang untuk mengurangi kemacetan yang kerap terjadi di Pelabuhan Merak dan Bakauheni saat libur panjang akhir pekan atau libur hari raya, seperti saat Lebaran.

Saat puncak arus mudik dan balik, misalnya, perjalanan dengan kendaraan bermotor atau bus dari Jakarta ke Bandar Lampung atau sebaliknya bisa memakan waktu hingga 15 jam.

Ini termasuk waktu tunggu agar kendaraan bisa masuk ke kapal yang bisa memakan waktu 3-4 jam. Hal itu tak lain karena banyaknya kendaraan yang antre masuk ke kapal.

Kondisi tersebut diperkirakan bakal sulit untuk berubah karena tidak sebandingnya jumlah feri serta dermaga di Merak dan Bakauheni dengan jumlah kendaraan yang diangkut.

Saat mudik dan balik tahun ini, misalnya, diperkirakan akan ada 12.100 kendaraan roda empat, 12.700 sepeda motor, dan 112.000 penumpang yang melintas di Merak-Bakauheni atau naik 5 persen dari mudik dan balik tahun 2015.

Sementara jumlah kapal yang dioperasikan tidak akan lebih dari 28 kapal. Hal itu terjadi karena PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan telah menghitung waktu penyeberangan dan bongkar muat dalam satu hari. Jika dipaksakan menambah jumlah kapal yang dioperasikan, kemungkinan yang terjadi adalah memindahkan antrean penyeberang di darat ke tengah laut.

Oleh karena itu, pembukaan rute kapal Tanjung Priok-Panjang sangat penting karena dapat mengurangi kepadatan yang terjadi di Merak-Bakauheni.

Memang masih banyak hal yang perlu diperbaiki dengan pelayanan kapal Priok-Panjang. Perbaikan ini yang harus segera dilakukan. Jika tidak, masyarakat akan antipati terhadap layanan rute baru tersebut. Kalau hal itu terjadi, kemacetan Merak-Bakauheni akan terus terjadi. (VIO/CO9)

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Juli 2016, di halaman 1 dengan judul "Asa Baru Pemudik Sumatera".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com