Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mien Pattymangoe, Nenek Pemberi Les Tambahan bagi Puluhan Anak Jalanan

Kompas.com - 15/06/2016, 04:33 WIB
Sigiranus Marutho Bere

Penulis

KUPANG, KOMPAS.com - Meski di usianya sudah senja, namun tidak membuat semangat Mien Pattymangoe (70), menjadi surut.

Keputusan wanita yang merupakan pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) Setda Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini, patut diapresiasi.  Ia menyelenggarakan les tambahan untuk anak jalanan di Kota Kupang tanpa dipungut biaya apapun.

Keputusan ibu dua orang anak dan istri dari almarhum Anton Pattymangoe ini dengan mengadakan kegiatan les tambahan tersebut, berangkat dari rasa keprihatinan dirinya akan keberadaan anak jalanan di Kota Kupang yang harus bekerja membanting tulang guna membantu orang tua mencari nafkah.

Puluhan anak jalanan usia sekolah yang bekerja sebagai penjual koran, kue, sayur, ikan dan bensin eceran, diajaknya bergabung dalam kegiatan les tambahan di kantor yayasan Nusa Bunga Abadi (Yanubadi), yang berlokasi di jalan Hati Suci I Nomor 32, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang.

“Awalnya saya terispirasi dari kemitraan lembaga saya dengan International Labour Organization (ILO), sebuah lembaga internasional yang fokus pada program pekerja anak. Tapi waktu itu fokusnya adalah bagaimana kerja sama ini bisa mengajarkan atau melatih guru-guru untuk bisa mengajar kepada anak-anak yang adalah pekerja anak dengan satu metode pembelajaran yang ramah anak,” kata Mien kepada sejumlah wartawan, saat bertandang ke ruang kerjanya, Selasa (14/6/2016).

Menurut ILO, lanjut Mien, anak-anak pekerja atau sama dengan anak jalanan itu mereka tidak bisa diberikan materi yang sama atau metodenya dengan anak-anak lain.

Anak-anak tersebut harus diberi metode yang khusus yakni metode pembelajaran yang ramah karena mereka biasa dengan dunia kerja yang keras, sehingga guru-guru yang mengajar di situ itu harus memiliki teknik mengajar yang beda.

Berangkat dari inspirasi itu, pada tahun 2014 lalu, ia pun mulai secara swadaya turun ke jalanan dan menjari anak-anak jalanan yang kerja di jalan raya.

Mien kemudian mewawancarai mereka dan menawarkan les tambahan secara gratis pada setiap hari Minggu. Rupanya tawaran itu disambut gembira anak-anak tersebut, sehingga mereka akhirnya mau ikutan les.

Anak-anak jalanan itu bersekolah pada siang hari karena pada pagi hari mereka bekerja.

“Saya berpikir bahwa mereka itu sekolah siang karena pagi mereka harus kerja di jalan dengan berjualan koran, bantu orang tua jual ikan, sayur dan kue serta bensin eceran, baru kemudian pergi ke sekolah dan setelah pulang sekolah mereka kemudian bantu orang tua lagi,” kata Mien.

“Dalam permenungan, saya lalu berpikir, kapan anak-anak ini bisa belajar, bisa sekolah dan nilai mereka di sekolah seperti apa, karena kita harapkan mereka ini jangan putus sekolah. Namun upaya apa yang mesti kita lakukan? Mau melarang mereka untuk berhenti bekerja itu tidak mungkin karena dari segi ekonomi keadaan orang tua sangat susah, sehingga mereka terpaksa membantu,” sambungnya.

Mien mengaku, sebelumnya pernah bekerja sama dengan Dinas Sosial setempat, dengan membuat rumah singgah pekerja anak. Namun hanya berjalan tiga bulan program itu pun berhenti.

Mien lalu berupaya dengan dana sendiri dan terbatas, lantas membuka les tambahan untuk kelas SD, SMP dan SMA di kantor yayasan yang ia kelola sendiri. Semula, jumlah anak jalanan yang bergabung hanya 30 orang, akan tetapi dalam perjalanan hingga saat ini sudah mencapai 50 orang anak.

Angka itu, kata Mien, sudah maksimal karena keterbatasan ruang kelas.

“Di yayasan saya ini hanya ada tiga ruang kelas dengan ukuran kecil, sehingga tidaklah cukup menampung jumlah anak jalanan yang telah mencapai 50 orang ini. Banyak anak-anak jalanan yang ingin mendaftar, namun saya terpaksa membatasinya,” kata Mien.

Menurut Mien, kelebihan les tambahan yang dilakukan oleh pihaknya yakni dengan mendatangkan guru-guru yang berkualitas yang berasal dari sejumlah bidang studi yakni matematika, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Tiga bidang studi ini kata Mien, adalah materi yang sangat penting di sekolah.

Selain itu juga anak jalanan ini juga diberi materi tambahan lainnya seperti seni musik, pembinaan karakter, pembinaan rohani dan ketrampilan-ketrampilan daur ulang.

“Saya melihat keberhasilan les kami ini, karena kedekatan antara guru dan para siswa ini sangat bagus. Mereka bahkan melihat guru itu seperti kakaknya sendiri, sehingga banyak pekerjaan rumah dari sekolah yang susah dikerjakannya, dibawa pada saat les tambahan dan diseleaikan bersama-sama,” ungkapnya.

Jumlah guru dalam les tersebut sebanyak lima orang dan Mien termasuk pengajar umum, bila ada guru yang berhalangan hadir.

Pelajarannya mulai dari pukul 11.00 Wita sampai pukul 17.00 Wita, anak jalanan ini juga dikasih makan siang bersama guru-guru di rumah. Setelah selesai les, mereka diberikan uang transportasi sebesar Rp 10.000 per orang.

“Di les ini mereka tidak dipungut biaya apapun alias gratis,” kata Mien.

Dalam les tambahan ini lanjut Mien, khususnya yang kelas VI SD dan SMP Kelas III, jika pada saat menjelang Ujian Nasional, mereka akan diberi bimbingan khusus oleh guru dan guru memakai kurikulum sama seperti di sekolah, agar mereka pun tidak ketinggalan pelajaran.

Ia menyebutkan, pihaknya sudah memantau prestasi anak asuhnya di sekolah.

 "Sebelum mereka masuk ke sini saya minta rapor mereka dan ternyata dari sekian anak itu banyak yang rangking di sekolah mereka dan masuk 10 besar, bahkan ada yang rangking satu,” ujarnya.

“Orang tua yang berprofesi sebagai pemulung yang anaknya menjadi juara di kelas kemudian menghubungi saya dan mengatakan bagaimana mungkin anaknya bisa rangking satu. Mereka sangat bangga bisa berprestasi di sekolah sehingga kita anggap pembinaan karakter yang kita lakukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak bisa berhasil,” tambah dia.

Meskipun proses les tambahan berjalan dengan baik, namun ada saja kendala atau kekurangan yang masih harus dipenuhi yakni kurangnya ruang belajar, buku, peralatan musik, taman bacaan, komputer dan juga peralatan music seperti gitar dan piano.

“Harapan saya kalau bisa les ini berkembang terus dan bisa menampung lebih banyak lagi anak jalanan dan saya akan puas jika membuat anak jalanan bisa lebih cerdas. Mereka juga adalah anak bangsa yang harus diperlakukan sama,” ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com