Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Pengangkut Batu Mengais Rezeki di Terjalnya Bukit Kapur

Kompas.com - 22/04/2016, 15:03 WIB
Kontributor Surakarta, Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KARANGANYAR, KOMPAS.com - Dua perempuan berjalan pelan menuruni bukit kapur di Desa Bandardawung, Kecamatan Tawangmangu, Karangnyar, Jawa Tengah.

Pelan karena mereka harus berhati-hati agar gendongan berisi batu kapur atau gamping seberat kurang lebih 5 kilogram tidak terjatuh.

Sutiyem, salah satu perempuan tersebut, naik turun bukit kapur demi menghidupi keluarganya.

Peluh membasahi wajah para perempuan dan lelaki dari desa sekitar memecah batu kapur dan menambang. Mereka mengayunkan linggis dan palu besar untuk memenuhi pesanan. Sutiyem lalu akan membawanya ke bawah.

Pesanan itu tidak setiap hari ada. Menurut Sutiyem, 10 hari sekali ada proyek itu sudah bagus. Kalau sepi, sebulan pun belum pasti ada pesanan.

"Kalau pas ramai yang setiap sepuluh hari ada, tapi kalau tidak ada pesanan bisa sampai sebulan tidak kerja (tidak mengangkut batu)," kata Sutiyem, Jumat (22/4/2016).

Sutiyem adalah pengangkut batu. Tugasnya adalah naik turun bukit membawa batu yang sudah dipecah oleh rekannya di atas bukit. Tenggok atau keranjang anyaman dari bambu milik Sutiyem diikat kuat dengan selendang dan digendongnya menuruni bukit.

"Capek dan berat Mas, tapi mau gimana ya. Wong mau kerja ke luar (negeri) tidak boleh sama anak," kata Sutiyem.

Sutiyem menuturkan, untuk setiap 100 kilogram batu, dia dibayar Rp 10.000. Sementara itu, sekali turun dia bisa menggendong sampai 30 kilogram batu.

"Lima kali gendongan saja sudah capek, Mas," kata Sutiyem.

Sementara itu, Giyem, seorang pemecah batu, mengatakan, profesi sebagai penambang batu kapur atau gamping sudah lama menjadi pilihannya.

"Saya sudah bosan kerja di luar, pengin di desa saja. Ya yang ini bisa dilakukan. Cari gamping," kata Giyem.

Batu kapur atau gamping sering digunakan untuk bahan material konstruksi dan perbukitan kapur di Desa Bandardawung. Kegiatan ini pun menjadi alternatif warga untuk mengais rejeki.

Semangat dan niat Sutiyem dan Giyem untuk menghidupi keluarganya tidak surut meski terik matahari dan bukit yang terjaldihadapi setiap hari, termasuk pula risiko kecelakaan yang merenggut nyawa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com