Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelindung Madu Lebah, Raih Anugerah Wali Nanggroe 2015

Kompas.com - 17/12/2015, 21:29 WIB
Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami

Penulis

BANDA ACEH, KOMPAS.com – Seorang pria paruh baya merapalkan kata, di hadapannya sebatang pohon besar dengan sarang lebah madu berukuran cukup besar.

Rapal yang dibacakan pria itu menandakan bahwa sarang lebah madu ini sah menjadi milik seorang warga.

Bagi warga Kecamatan Buloh Seuma, Kabupaten Aceh Selatan, memiliki pohon di hutan dengan sebuah sarang madu di atasnya adalah hal biasa dan merupakan penghasilan bagi warga.

Namun hal ini masih harus diiringi catatan yaitu mereka harus memelihara pohon tersebut dengan baik dan menjaga lingkungan di sekitarnya. 

Syarat lain adalah pohon dengan sarang lebah itu harus berjarak minimal satu kilometer dari kediaman warga yang bersangkutan.

Pengesahan kepemilikan pohon dilakukan seorang pawang. Sambiya (52), Imam Mukim Buloh Seuma mengatakan, pengesahan kepemilikan pohon dengan sarang lebah di atasnya, adalah sebuah tradisi yang sudah ada sejak dulu di Buloh Seuma.

Tradisi ini selain memberi kesempatan bagi penduduk untuk mendapat penghasilan dari madu lebah, juga sebagai upaya menjaga lingkungan untuk generasi mendatang di Buloh Seuma.

Selaku Imam Mukim, Sambiya tak henti-hentinya mengingatkan warga akan pentingnya menjaga lingkungan.

Atas usaha melestarikan lingkungan ini, Sambiya dan kemukiman Buloh Seuma mendapat Anugerah Wali Nanggroe 2015 untuk Anugerah Tudong Nanggroe katagori Papah Seulingka Nanggroe.

Anugerah ini diberikan Lembaga Wali Nanggroe Aceh.

Katagori Papah Seulingka Nanggroe adalah katagori pelestari lingkungan hidup berbasiskan kearifan lokal.

Pemberian anugerah dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh untuk lembaga dan anggota masyarakat yang berjasa mempertahankan budaya dan tradisi adat memang baru pertama kali dilakukan.

Wali Nanggroe Aceh, Malik Mahmud Al-Haytar mengatakan, penganugerahan ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat agar terus mempertahankan adat istiadat daerah yang dinilai mulai tergerus modernisasi.

“Jika tidak kita pertahankan sejak dari sekarang, maka lama-kelamaan adat istiadat kita tentunya hanya tinggal cerita kenangan saja, dan ingatan ini juga dikhususkan bagi generasi muda,” ujar Malik Mahmud pada malam Anugerah Wali Nanggroe Aceh, Rabu (16/12/2015).

Adapun penerima anugerah lainnya adalah untuk penghargaan Tangloeng Nanggroe, diberikan kepada lembaga adat kemukiman.

Untuk kategori peusaneut adat nanggroe, diraih Kemukiman Mangat Makmu, Lhokseumawe.

Kategori peusaneut aneuk nanggroe direbut Kemukiman Kuala Daya, Aceh Jaya, dan kategori peutimang boinah nanggroe, diterima Kemukiman Alam Tengah, Simeulue.

Sementara untuk Anugerah Tudoeng Nanggroe diberikan kepada kelompok masyarakat adat dan budaya, untuk kategori papah buet jaroe aneuk nanggroe, diterima oleh kelompok manik-manik kasab dari Singkil.

Kategori papah peyasan nanggroe, oleh kelompok Saman Lokop dari Aceh Timur, dan kategori papah seulingka nanggroe: Masyarakat adat Buloh Seuma, Aceh Selatan.

Anugerah Dalong Nanggroe, penghargaan untuk pelaku adat dan budaya secara perseorangan, untuk katagori peusigak pusaka nanggroe, diterima Nasruddin dari Kabupaten Aceh Barat Daya.

Katagori peuhiroe peukateun nanggroe, diterima Muhammad Umar dari Kabupaten Aceh Selatan dan kategori peuhiroe seulingka nanggroe, diterima Yahya Hanafiah dari Kota Langsa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com