Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Berkawan Ekstasi, Kini Wajib Teguk Obat Dua Kali Sehari

Kompas.com - 01/12/2015, 09:38 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis

SURABAYA, KOMPAS.com - Asap rokok keluar dari mulut pria paruh baya. Dia terlihat sangat menikmati rokok cengkeh yang sudah separuh habis itu.

Sesekali, dia meneguk kopi hitam yang baru saja dibuatkan oleh penghuni rumah sehat yang dijaganya.

Mayong (51) namanya. Kedua lengan hingga sikunya penuh tato. Salah satu daun telinganya, tepatnya di bagian bawah, masih berlubang bekas tindik.

Mayong tidak menampik bahwa banyak orang akan memberikan cap "orang jalanan" begitu melihatnya.

Dia bahkan mengakui bahwa dirinya juga akrab dengan beragam jenis narkoba dari ekstasi, sabu-sabu, dan putaw dengan berbagai cara pemakaiannya, termasuk jarum suntik. 

Pemakaian jarum suntik sembarangan itulah yang menyebabkan Mayong terjangkit virus HIV.

Mayong bercerita, pada tahun 2005, pria yang pernah menjadi petugas keamanan di sebuah bank di Surabaya itu menderita penyakit TBC yang tidak kunjung sembuh.

"Saat diperiksa ke dokter khusus, ternyata saya terjangkit HIV," katanya, Selasa (1/12/2015).

Sejak saat itu, perlahan dia mulai menjaga jarak dengan narkoba. Pengobatan HIV pun dimulainya dengan mengkonsumsi dua kapsul anti retroviral dari rumah sakit. Sudah tujuh tahun terakhir, dua kapsul itu menjadi teman setianya menjalani hidup sendiri tanpa keluarga.

"Saya sempat berkeluarga selama empat tahun, tapi hancur karena narkoba," ungkap Mayong.

Setiap hari, Mayong harus meminum empat kapsul sebagai upaya pengobatan. Dua kapsul diminum pada jam 09.00 WIB dan dua kapsul lagi pada pukul 21.00. Kapsul tersebut didapatkannya setiap bulan dari rumah sakit.

"Meski tidak akan dapat mengobati, setidaknya bisa memperpanjang usia saya," kata Mayong.

Untungnya, sebuah lembaga anti narkoba mempercayainya mengelola sebuah rumah rehabilitasi di kawasan Surabaya Timur. Di lembaga itu, dia dipekerjakan sebagai kepala rumah rehabilitasi.

"Untung masih ada yang memanfaatkan saya, kalau tidak, harus kemana lagi hidup saya," ujarnya.

Dia juga bersyukur, bisa membagi pengalaman hidupnya dengan pasien rehabilitasi lainnya.

"Setidaknya, di sisa hidup saya yang entah sampai kapan ini, saya masih bermanfaat bagi yang lain," katanya.

Mayong mengaku tidak memiliki obsesi hidup lagi saat ini. Dia menyerahkan sisa hidupnya kepada pusat rehabilitasi yang masih berkenan memanfaatkan tenaganya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com