Kini, nasib sebagian kebun itu rusak terinjak-injak para pengunjung yang ingin berfoto. Berdasarkan pantauan Kompas, Sabtu (28/11/2015) sore, puluhan pengunjung memenuhi kebun bunga amarilis yang berlokasi di Desa Salam. Mereka tampak asyik berfoto-foto dengan latar bunga-bunga berwarna oranye.
Namun, keindahan kebun tersebut sudah berkurang karena banyak tanaman mati atau layu akibat terinjak-injak.
Awalnya tak dilirik
Sukadi mulai menanam bunga amarilis itu sekitar tahun 2006. Sebelumnya, tanaman yang tumbuh liar itu dianggap tanaman pengganggu oleh para petani di Gunung Kidul. Banyak petani yang mencabut tanaman amarilis, lalu membakarnya.
"Saya tertarik menanam karena warna bunganya bagus juga supaya tanaman ini bisa lestari dan dinikmati anak cucu," ujarnya.
Selama beberapa tahun, Sukadi membeli bibit amarilis dari petani di Patuk lalu menanamnya di kebun. Tahun lalu, Sukadi bahkan membeli bibit hingga 2 ton. "Luas kebun bunga ini sekarang sekitar 2.300 meter persegi," kata pria yang bekerja sebagai penjual mainan anak-anak itu.
Tanaman amarilis berbunga satu kali dalam setahun, yakni pada masa awal musim hujan. Usia bunga amarilis yang sekarang disebut bunga puspa patuk itu biasanya sekitar 20 hari.
Tahun ini, kebun bunga amarilis milik Sukadi mulai didatangi banyak pengunjung. Sejak Rabu (18/11), jumlah pengunjung bisa mencapai ratusan hingga ribuan orang per hari, terutama sesudah foto-foto kebun tersebar di media sosial. "Jumlah pengunjung paling banyak sekitar 1.500 orang per hari," kata Sukadi.
Pengunjung yang datang tidak dikenai tarif masuk, tetapi hanya diminta sumbangan sukarela untuk perawatan tanaman. Namun, ia tidak menyangka kebun yang berlokasi di pinggir Jalan Yogyakarta-Wonosari Kilometer 20 itu didatangi banyak orang.
Kebun itu, kata Sukadi, memang tidak dilengkapi jalan setapak untuk pengunjung. "Kebun ini awalnya memang hanya untuk budidaya sehingga tidak ada jalan setapak. Jadi, kerusakan ini bukan salah pengunjung," katanya.
Salah seorang pengunjung, Yanti (20), menyayangkan perilaku wisatawan yang menginjak-injak bunga amarilis. "Sampai sini, saya kaget kok banyak bunga yang rusak. Padahal, ini kan sangat indah," ujarnya. (HRS/DRA)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.