Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Kompas.com - 30/11/2015, 08:25 WIB
EditorCaroline Damanik
GUNUNG KIDUL, KOMPAS — Kebun bunga amarilis milik Sukadi (43), warga Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi buah bibir di media sosial. Ribuan pengunjung menyerbu daerah itu untuk berfoto di tengah kebun, tanpa kesadaran menjaganya.

Kini, nasib sebagian kebun itu rusak terinjak-injak para pengunjung yang ingin berfoto. Berdasarkan pantauan Kompas, Sabtu (28/11/2015) sore, puluhan pengunjung memenuhi kebun bunga amarilis yang berlokasi di Desa Salam. Mereka tampak asyik berfoto-foto dengan latar bunga-bunga berwarna oranye.

Namun, keindahan kebun tersebut sudah berkurang karena banyak tanaman mati atau layu akibat terinjak-injak.

Awalnya tak dilirik

Sukadi mulai menanam bunga amarilis itu sekitar tahun 2006. Sebelumnya, tanaman yang tumbuh liar itu dianggap tanaman pengganggu oleh para petani di Gunung Kidul. Banyak petani yang mencabut tanaman amarilis, lalu membakarnya.

"Saya tertarik menanam karena warna bunganya bagus juga supaya tanaman ini bisa lestari dan dinikmati anak cucu," ujarnya.

Selama beberapa tahun, Sukadi membeli bibit amarilis dari petani di Patuk lalu menanamnya di kebun. Tahun lalu, Sukadi bahkan membeli bibit hingga 2 ton. "Luas kebun bunga ini sekarang sekitar 2.300 meter persegi," kata pria yang bekerja sebagai penjual mainan anak-anak itu.

Tanaman amarilis berbunga satu kali dalam setahun, yakni pada masa awal musim hujan. Usia bunga amarilis yang sekarang disebut bunga puspa patuk itu biasanya sekitar 20 hari.

Tahun ini, kebun bunga amarilis milik Sukadi mulai didatangi banyak pengunjung. Sejak Rabu (18/11), jumlah pengunjung bisa mencapai ratusan hingga ribuan orang per hari, terutama sesudah foto-foto kebun tersebar di media sosial. "Jumlah pengunjung paling banyak sekitar 1.500 orang per hari," kata Sukadi.

Pengunjung yang datang tidak dikenai tarif masuk, tetapi hanya diminta sumbangan sukarela untuk perawatan tanaman. Namun, ia tidak menyangka kebun yang berlokasi di pinggir Jalan Yogyakarta-Wonosari Kilometer 20 itu didatangi banyak orang.

Kebun itu, kata Sukadi, memang tidak dilengkapi jalan setapak untuk pengunjung. "Kebun ini awalnya memang hanya untuk budidaya sehingga tidak ada jalan setapak. Jadi, kerusakan ini bukan salah pengunjung," katanya.

Salah seorang pengunjung, Yanti (20), menyayangkan perilaku wisatawan yang menginjak-injak bunga amarilis. "Sampai sini, saya kaget kok banyak bunga yang rusak. Padahal, ini kan sangat indah," ujarnya. (HRS/DRA)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Bupati Jekek Paparkan Prestasi Pemkab Wonogiri, dari Pertumbuhan Ekonomi hingga Penghargaan Tingkat Nasional

Bupati Jekek Paparkan Prestasi Pemkab Wonogiri, dari Pertumbuhan Ekonomi hingga Penghargaan Tingkat Nasional

Regional
Realitas Tata Kelola Transportasi Laut yang Mengecewakan

Realitas Tata Kelola Transportasi Laut yang Mengecewakan

Regional
Tata Kelola Danau Toba Pasca-F1H20

Tata Kelola Danau Toba Pasca-F1H20

Regional
Gencarkan Citra “Makassar Kota Makan”, Walkot Danny Ajak Apeksi Nikmati 50 Jenis Makanan Tradisional

Gencarkan Citra “Makassar Kota Makan”, Walkot Danny Ajak Apeksi Nikmati 50 Jenis Makanan Tradisional

Regional
Patriarki dan Kekerasan terhadap Perempuan Adat

Patriarki dan Kekerasan terhadap Perempuan Adat

Regional
Buku Bupati Hamim “Belajar dari Bone Bolango” Tuai Banyak Respons Positif

Buku Bupati Hamim “Belajar dari Bone Bolango” Tuai Banyak Respons Positif

Regional
Jokowi Larang ASN Bukber, Bupati Sumenep: Kami Ikuti Arahan Pak Presiden

Jokowi Larang ASN Bukber, Bupati Sumenep: Kami Ikuti Arahan Pak Presiden

Regional
Tatkala Jawa Mulai Rusak

Tatkala Jawa Mulai Rusak

Regional
Sejalan dengan Soekarno, PDI-P Jatim Tolak Kehadiran Israel di Jatim

Sejalan dengan Soekarno, PDI-P Jatim Tolak Kehadiran Israel di Jatim

Regional
Papeda: Antara Jatuh Gengsi dan Masa Depan Ketahanan Pangan

Papeda: Antara Jatuh Gengsi dan Masa Depan Ketahanan Pangan

Regional
Dukung Kemerdekaan Palestina, Ganjar Harap Piala Dunia U-20 Digelar Tanpa Israel

Dukung Kemerdekaan Palestina, Ganjar Harap Piala Dunia U-20 Digelar Tanpa Israel

Regional
Gus Muhaimin Silaturahmi ke IAY Darul Azhar Tanah Bumbu, Bupati Zairullah Ucapkan Rasa Syukur

Gus Muhaimin Silaturahmi ke IAY Darul Azhar Tanah Bumbu, Bupati Zairullah Ucapkan Rasa Syukur

Regional
Sejahterakan Umat, Danny Pomanto Raih Penghargaan Baznas Award 2023

Sejahterakan Umat, Danny Pomanto Raih Penghargaan Baznas Award 2023

Regional
Pemkot Cilegon Teken MoU dengan PT KAS dan PT CAP untuk Proyek Pembangunan Pelabuhan Warnasari

Pemkot Cilegon Teken MoU dengan PT KAS dan PT CAP untuk Proyek Pembangunan Pelabuhan Warnasari

Regional
Kemenko Kemaritiman Apresiasi Progres PSEL Makassar, Sebut Jadi Percontohan Nasional

Kemenko Kemaritiman Apresiasi Progres PSEL Makassar, Sebut Jadi Percontohan Nasional

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke